Sebenarnya meditasi itu apa sih? Apakah meditasi itu aktivitas duduk bersila dengan hanya memejamkan mata? Lalu dilanjut dengan mengatur pernapasan dan memfokuskan pikiran? Ataukah meditasi itu bagian dari ritual kultural yang dikaitkan dengan agama atau kepercayaan tertentu? Well ... sebagian ada benarnya, tetapi semua pendapat itu tidak seratus persen benar. Dan meditasi pun sebenarnya hanya salah satu dari banyak istilah yang menjelaskan satu aktivitas yang sebenarnya sama.
Muhasabah pun bisa disebut bagian dari meditasi. Merokok sendirian bisa juga disebut sebagai meditasi. Termasuk tadabbur alam atau bertamasya ke alam dan menikmati kesendirian bisa dimasukkan ke dalam meditasi. Asalkan ... cara bernapas dan berpikir benar-benar difokuskan pada satu hal. Pada satu titik. Bisa apa saja. Bisa pada Sang Maha Pencipta. Pada kesalahan masa lalu. Pada keindahan di depan mata. Atau bahkan pada pola pernapasan itu sendiri.
Kini, meditasi telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang. Mengapa? Salah satunya adalah karena dapat menenangkan hati dan pikiran. Atau dengan kata lain, dapat menghilangkan atau membuang stres. Inilah yang coba ditekankan oleh Adjie Santosoputro atau yang dulu dikenal sebagai Adjie Silarus, seorang meditator. Seorang praktisi mindfullness. Meditasi akan memberikan pengaruh positif pada kehidupan seseorang, yang bisa sesaat atau dalam jangka waktu yang lama.
Selengkapnya, sosok itu pernah menulis tentang meditasi ini di Kompasiana dengan judul Melupakan Masa Lalu dengan Meditasi. Dia menulis itu setelah bertemu dengan Mas Adjie beberapa tahun lalu. Alhamdulillah dia bertemu lagi dengan beliau beberapa hari lalu di acara Fun Talk yang diselenggarakan oleh Home Credit ID dan dipandu oleh Kang Bernard.
Mas Adjie memberikan beberapa insight tentang pengendalian pikiran ini yang disebutnya sebagai mindfullness. Mindfullness adalah kondisi dimana diri kita sadar diri, di sini, dan kini. Mengapa penting? Ini karena sering terjadi meski tubuh ada di sini tapi pikiran melayang-layang ke masa lalu (gak move on) atau ke masa depan (menghayal). Ujung-ujungnya akan tumbuh rasa cemas akan ketidakpastian. Semuanya jadi serba berandai-andai.
Rasa cemas, marah, atau bahkan kesedihan yang berkepanjangan jelas memberikan efek negatif bagi tubuh dan bagi perkembangan jiwa seseorang. Semua itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut atau perjalanan hidupnya akan berhenti tanpa disadarinya. Oleh karena itulah Mas Adjie memperkenalkan teknik bagaimana bisa berdamai dengan cemas atau memeluk kemarahan. Ini keren. Apalagi Mas Adjie membeberkannya dengan bahasa dan napas yang begitu teratur, begitu tenang.
"Langkah pertama yang harus diperhatikan," katanya menjelaskan, "adalah apa akar permasalahan dari rasa cemas itu. Yang bikin kita cemas sebenarnya adalah keinginan kita untuk memastikan yang tidak pasti. Dari akar permasalahan inilah kita bisa mengatasi rasa cemas." Salah satu tips mengatasi cemas adalah dengan berlatih hening dan sadari napas. Luangkan waktu 5-10 menit untuk inhale dan exhale dengan teratur. Menyadari bahwa ia sedang bernapas. Fokus pada pernapasan saja.
Tampak begitu mudah karena caranya begitu sederhana. Tapi percayalah bahwa cara yang sederhana ini pada kenyataannya begitu sulit dilakukan. Okelah seseorang akan bisa fokus pada satu atau dua menit pertama, tetapi setelah itu ... pikirannya akan berjalan-jalan ke mana-mana. Untuk itulah proses sadari napas ini harus dilatih terus-menerus, bahkan ketika sedang tidak cemas atau marah sekalipun. Dilakukan di mana saja, termasuk saat sedang bekerja menghadap laptop.
Mas Adjie kemudian menekankan bahwa emosi itu jangan dikontrol atau diluapkan. Atur emosi selalu berada di titik tengah. Begitu pula dengan percara diri atau PD, jangan pernah membandingkan dengan orang lain tetapi lebih menerima bahwa masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan. "Pede adalah menerima diri sendiri bahwa beginilah kita, apa adanya," ujarnya. Tipsnya agar tetap produktif di masa pandemi adalah jaga niat, skala prioritas, dan fokus pada singletasking.[]
16 Comments
Pertanyaan yang sering aku tanyain juga nih Bang, “Bagaimana mengontrol Emosi” . Setelah baca ini jadi tahu bagaimana sebenarnya emosi itu perlu kita aturbdi tengah, untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan ;)
ReplyDeleteIya, bisa langsung dipraktikkan dan kemudian dibiasakan
DeleteSepertinya salah satu cara lain juga dengan membuat aktivitas-aktivitas yang positif, dan menjauh lah dari teman teman yang toxic Ka. Bisa membuat kita jadi berpikir positif juga dan Insya Allah baik juga buat mental healthy kita. :)
ReplyDeleteBener, itu juga. Pokoknya menyibukkan dengan hal-hal yang positif lah
DeleteJadi emosi ngga perlu ditahan ya. Cukup disadari sedang emosi.
ReplyDeleteYup, sadar diri
DeleteMeditasi bikin plong dan bikin ringan langkah ya Bang. Pernah gak sambil sepedaan ada unsur meditasinya Bang? :D
ReplyDeleteAda juga, tapi itu kalau dah sering bersepedaan. Kalau baru, ya pastinya harus fokus dalam memperhatikan jalan ^_^
DeleteRasa marah atau emosi lainnya ternyata bukan untuk dikontrol ya. Baru dapat pengetahuan ini saat nonton live kemarin.
ReplyDeleteIya, sedikit dibukakan, "Owh ternyata...."
DeleteKondisi di mana tubuh di sini, tapi pikiran malah ke masa lalu atau masa depan tuh ternyata gak baik yaa. Yaiyalah~
ReplyDeleteGak baiknya ya karena bisa bikin kita cemas, larinya jadinya bikin imunitas menurun.
iya, memikirkan hal yang masih mengawang-awang atau kembali ke masa lalu
DeleteJaga niat, jaga prioritas dan fokus pada singletasking, baikk akan dilaksanakan hehe. Makasih ya Bang sharenya :)
ReplyDeletetetapi pastinya bertahap ya ... namanya juga belajar
Deletesedang berusaha dipraktekan secara konsisten apa yang disarankan mas Adji supaya bisa mencapai mindfulness ini...
ReplyDeleteSama, saya pun begitu....
Delete