Mengenang Bukit Merese, Menjajal Gunung Rinjani

Bukit Merese | Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits | DSP Mandalika

April 2017, sosok itu berdiri di samping seekor kambing yang asyik merumput, memandang tak berbatas alam Lombok dari atas Bukit Merese. Udara yang terasa segar saat dihirup dan mata yang melompat kegirangan karena disuguhi pantai, laut, dan bukit. Begitu 'merese'. Kata 'merese' dalam bahasa Sasak berarti enak atau nikmat. Warga lokal juga menyebutnya sebagai Bukit Merisik atau bukit gundul, ditemani sebatang Pohon Galau yang tidak berdaun.

Langit menggelap, lembayung pun menampakkan diri. Warna aram atau sabur limbur itu begitu kental dan memberikan aroma ketenangan dalam jiwa. Menyesap begitu dalam. Setelah dari pagi hingga siang hari berada di Pantai Nambung yang berpasir merica, lalu menyaksikan Air Terjun Asin di Tanjung Jagog, dia akhirnya meratap syahdu di Bukit Merese. Hatinya memang selalu meleleh kalau berhadapan dengan alam. Tak terbayang jika nanti dia bisa menjejakkan kaki di Gunung Rinjani.

Setelah menjelajah pantai dan bukit di selatan Pulau Lombok, tentu akan semakin paripurna kalau sosok itu bisa ke kawasan utaranya. Namun Gunung Rinjani masih dalam khayalan saja, belum mewujud nyata. Untuk itu, sementara ini bolehlah dia meminjam mata dan jiwa Kang Aip, salah seorang kawan dari Bandung, yang baru saja menyelesaikan dan memenangkan event Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits pada 25-28 Oktober kemarin. Alam Lombok begitu indah dan sempurna.

Bukit Merese

Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits

Namanya Arief Wismoyono, tetapi sosok itu sudah terbiasa memanggil Kang Aip, adalah seorang atlet lari ultra trail yang sudah mengharumkan nama Indonesia di ajang nasional maupun internasional. Terakhir, ia berhasil memegang rekor sebagai pelari Indonesia tercepat di lomba lari Ultra Trail du Mont Blanc (UTMB). Oktober kemarin, ia dan dua rekannya dalam Tim Coros Indonesia berhasil menjadi pemenang Rinjani Seven Summits 2021, mengalahkan tim pelari lokal Lombok, Epen Bale Sembalun.

Bukit Merese | Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits | DSP Mandalika

Tim Coros Indonesia mencatatkan waktu 16 jam 12 menit 32 detik dari total naik-turun gunung yang berlangsung selama empat segmen/hari. Segmen pertama adalah Gunung Rinjani (3.762 mdpl), segmen kedua Sempana (2.329 mdpl) dan Pergasingan (1.806 mdpl), segmen ketiga Bao Ritip (1.500 mdpl) dan Anak Dara (1.923 mdpl), serta segmen keempat Kondo (1.937 mdpl) dan Lembah Gedong (2.200 mdpl). Tim Coros Indonesia beranggotakan Kang Aip, Dzaki Wardana, dan Hendra Siswanto.

Rinjani Seven Summits 2021 adalah bagian dari Rinjani Geopark Sport Tourism Festival 2021 yang berlangsung mulai Senin, 25 Oktober 2021. Event ini merupakan wisata olahraga pertama di Lombok yang dikemas dalam bentuk festival, memiliki tiga kegiatan utama dan enam agenda tambahan sampai 7 November 2021 nanti. Tiga kegiatan utamanya adalah Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits, Sembalun Paragliding, dan Rinjani Geopark International Enduro (balap sepeda gunung).

Sedangkan agenda tambahannya adalah eksibisi art camp, begasingan atau main gasing besar khas Lombok, eksibisi catur, egrang, panahan, dan bazaar UMKM produk Sembalun (kopi, buncis dan bougenville). Saat ini memang ada tren pergeseran minat dari olahraga yang biasa saja ke olahraga ekstrem. Dari olahraga lari di jalan menjadi lari marathon, lalu lari ultra marathon, hingga akhirnya ke ajang lari lintas alam. Dari satu cabang olahraga menjadi tiga cabang olahraga sekaligus seperti triathlon.

Itulah mengapa Kang Aip begitu serius mendalami lari lintas alam. Jika dulu ia menyambi sebagai guru SD, kini ia benar-benar fokus menjadi atlet, dan ke depannya bakal menjajal sebagai event organizer (EO) khusus lari lintas alam. Sepanjang pengalamannya mengikuti berbagai lari lintas alam di Indonesia, jalur Rinjani masih yang terbaik. "Saya selalu kangen untuk bisa lari di Gunung Rinjani setiap tahunnya," ujar Kang Aip. Ya, kawasan Rinjani itu tidak hanya memiliki panorama pegunungan yang indah, tetapi juga jalur pendakian yang menantang adrenalin.

Dari pemantauannya selama mengikuti Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits, ada spot yang cocok untuk wisata bersama keluarga karena tempatnya mudah dijangkau, yaitu Bukit Kondo. Bao Ritip juga merupakan bukit yang paling keren dan berkesan di hati. Begitu pula dengan kawasan Sembalun di kaki Gunung Rinjani yang laksana punggung naga karena satu bukit dengan bukit lain seperti satu kesatuan dan meliuk-liuk dengan indah.

Bukit Merese | Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits | DSP Mandalika

"Saat pendakian, saya masih bisa menikmati keindahan alamnya, apalagi kalau cuaca cerah. Tapi kalau turun, saya akan fokus downhill dengan kecepatan tinggi," lanjutnya.

Bukit Merese

Wisata Olahraga di Indonesia Aja

Pulau Lombok memang lengkap. Wajar jika Mandalika saat ini menjadi salah satu dari Destinasi Super Prioritas (DSP). DSP Mandalika tidak hanya kawasan yang ada di Mandalika saja, tetapi lebih luas dari itu. Wajar kalau pulau ini kemudian menjadi tujuan wisata olahraga ekstrem yang patut dijaga dan harus dikelola dengan baik. Selain event-event yang telah disebutkan di atas, masih ada Rinjani 100, yaitu ajang lomba lari lintas alam yang mempertandingkan empat kategori (27K, 36K, 60K, dan 100K).

Selain itu, ada juga event Geotrail Mission Run 2021 yang memiliki misi pengembangan geowisata, dan dukungan terhadap Program Kampung Iklim (ProKlim), NTB Zero Waste, NTB Hijau, serta UMKM. Jadi ini bukan ajang balap lari semata, tetapi memiliki misi yang begitu istimewa. Meski ada pemenang berdasarkan waktu tercepat dan poin tertinggi, tujuan utama event ini adalah adanya kontribusi dari para peserta. Acara ini baru saja selesai pada 13-14 Maret 2021 dengan standar protokol Covid-19.

Peserta hanya dibatasi sampai 100 orang yang terdiri dari para pemuda, komunitas, dan masyarakat luas. Mereka berlari sejauh 10 km dan melakukan misi untuk pengembangan kelompok lokal di desa (Tanak Beak dan Karang Sidemen). Misi-misi yang harus diselesaikan adalah menanam 1000 pohon, membuat 100 ecobrick, memproduksi 250 sedotan bambu, membantu petani memangkas batang-batang buah naga yang tidak produktif, dan menyebarluaskan informasi tentang geoheritage singkapan Samalas (Rinjani Tua) melalui media sosial.

Ini menarik. Jika ingin mengenal Gunung Rinjani, maka kita harus mengenal juga sejarahnya. Di Pantai Tebing, Dusun Luk, Desa Sambi Bangkol, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terdapat tebing dengan ketinggian 20-25 meter. Pantai itu dikenal oleh warga lokal sebagai Pantai Luk. Pantai tersebut berada di jalan utama yang menghubungkan Desa Bayan dan Mataram. Dari jalan raya itu ada jalan tanah sepanjang 200 meter sebagai pintu masuk, cukup untuk dua mobil berpapasan.

Bukit Merese | Rinjani Geopark Sembalun 7 Summits | DSP Mandalika

Tebing pasir itu adalah "monumen" letusan dahsyat Gunung Rinjani Tua atau Samalas pada tahun 1257. Letusan Samalas dinilai terbesar pada periode 7.000 tahun terakhir. Muntahan materialnya lebih dari 40 kilometer kubik. Bandingkan dengan letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa (1815) yang melontarkan 33 kilometer kubik material dan letusan Krakatau (1883) yang hanya 12,3 kilometer kubik. Tebing pasir itu adalah singkapan endapan piroklastik letusan Gunung Samalas yang memiliki ketebalan 50 meter.

Dari Bukit Merese dengan pemandangan Pantai Tanjung Aan, Gunung Rinjani dengan pemandangan Danau Segara Anak, Mandalika dengan budaya Bau Nyale-nya, Keramahan warga Suku Sasak dengan tradisi Peresean, yaitu pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan perisai kulit kerbau. Semua itu tentu akan semakin lengkap sambil menyantap ayam taliwang dan plecing kangkung.

Lengkap. Sempurna. Apalagi sosok itu juga senang dengan olahraga esktrem semacam Rinjani 100, Rinjani Geopark Sport Tourism Festival, dan Geotrail Mission Run. Dia makin jatuh cinta dengan DSP Mandalika sebagai bagian dari Wonderful Indonesia. Berlibur atau memacu adrenalin tidak perlu repot-repot ke luar negeri, cukup di Indonesia Aja. Tak lupa, keterlibatan warga lokal demi perekonomian yang lebih baik. Sampai di titik ini, dia pun bisa menghirup udara dengan begitu dalam. "Merese," bisiknya.[]

Post a Comment

0 Comments