Wajah vs Media Sosial

Wajah | Kecantikan | Media Sosial

Wajah adalah bagian dari tubuh manusia yang paling banyak disorot atau diperhatikan. Bahkan bagi wanita, perawatan wajah adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh seorang wanita. Wajah adalah halaman rumah yang paling banyak dilihat tidak hanya oleh anggota rumah tetapi juga oleh orang yang hanya sekadar lewat. Tidak peduli bagaimana dengan kondisi bagian tubuh lainnya yang tersembunyi, wajah harus tampak menarik. Dan begitulah yang terjadi saat ini saat media sosial menyebar secara masif ke seluruh penjuru dunia.

Media sosial adalah 'wajah baru' bagi manusia modern. Media sosial harus dikemas menarik demi harapan adanya like, comment, dan followers meningkat. Apresiasi dari ketiga hal tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah media sosial. Tak peduli dengan kehidupan yang sedang di bawah atau terpuruk, wajah media sosial harus tampak 'wah' dan mentereng. Tak heran kalau kamera-kamera smartphone yang bisa mempercantik wajah sesungguhnya menjadi incaran. Wajah-wajah itu tanpa disadari telah menjadi Tuhan baru.

Na'udzubillah min dzalik ya. Akan tetapi hal itulah yang terjadi, bahkan bisa jadi kita sendiri melakukannya. Media sosial adalah wajah terbaik kita, penampilan terbaik kita, atau karya terbaik dari sekian banyak foto atau percobaan yang dilakukan. Dan tidak sedikit ada beberapa orang yang memalsukan wajah media sosialnya demi dipandang menarik. Sampai segitunya. Padahal ketika turun QS Al-An'am (6) ayat 65 yang berisi tentang azab dan perpecahan, Rasulullah saw. sampai berdoa, "Ya Allah, aku berlindung dengan wajah-Mu." (HR Ibnu Mirdawaih dari Ibnu Abbas)

Mengapa demikian? Ini karena semua wajah akan sirna kecuali hanya satu wajah, yaitu 'wajah' Allah Swt. Tidak ada wajah di dunia ini yang kekal, sekalipun itu wajah dengan jutaan followers. "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Baqarah, 2: 177)

Shalat adalah ibadah wajib yang mengajarkan manusia bagaimana menempatkan wajah dengan sebaik-baiknya. Dari takbiratul ihram hingga salam, wajah harus ditempatkan sebagaimana mestinya, yaitu melihat ke tempat sujud. Wajah tersebut tidak boleh memandang ke arah yang lain, apalagi ke atas. Tidak boleh ada rasa sombong dalam ibadah shalat. Dari semua gerakan shalat, sujud menempatkan manusia pada derajat yang paling tinggi. Ini karena pada saat bersujud, Allah Swt. begitu dekat dengan hamba-Nya.

Tahukah bagaimana posisi wajah manusia saat sujud? Wajah kita berada di tanah. Wajah kita sejajar dengan telapak tangan, sejajar dengan lutut dan kaki, bahkan masih di bawah bagian belakang manusia yang dikenal hina. Meski demikian, Muslim yang lebih banyak bersujud karena iman adalah manusia yang begitu dekat dengan Allah Swt. Manusia yang dimuliakan. Sujud. Kata 'masjid' yang merupakan rumah Allah (baitullah) pun berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Di sinilah posisi wajah kita yang sebenarnya, bukan wajah media sosial.

Namun demikian, apakah kita tidak diperbolehkan untuk mempercantik wajah? Boleh. Perawatan wajah tidak dilarang dalam Islam, yang terpenting adalah tetap dalam koridornya. Adab-adab perawatan wajah adalah tidak tabaruj atau berlebihan, tidak menunjukkan aurat, dan jangan berdandan untuk hal yang tidak diperbolehkan. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia.” (HR Al-Hakim)

Ingat, seseorang tertarik dengan orang lain bukan karena wajahnya yang ganteng atau cantik. Bukan. Tertarik pada pandangan pertama, bisa terjadi. Tetapi tertarik untuk jangka waktu lama, belum tentu. Kuncinya adalah wajah yang senantiasa berseri dan wajah 'inner beauty'-nya (akhlak yang mulia). Itulah wajah-wajah yang bercahaya. "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS At-Tahrim, 66: 8)

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian.” (HR Muslim)

Post a Comment

0 Comments