Rabu, 19 Januari 2022, adalah hari penting bagi Sosok Itu. Setelah bangun pagi dengan perasaan aneh karena mengalami mimpi yang aneh, dia pun berangkat kerja dengan perasaan yang seolah hampa. Sesampainya di kantor, ada kabar tidak mengenakkan. Kakak ipar dinyatakan pingsan di RS (ada jadwal kontrol) dan harus masuk IGD. Kerja pun jadi tidak fokus.
Belum ada setengah jam, kabar buruk pun mengetuk pintu. Kakak ipar dinyatakan meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Tidak menunggu waktu lama, dia langsung minta izin ke atasan untuk pulang lebih awal. Rencananya mau langsung naik bus. Setelah sampai rumah, ternyata Sang Belahan Jiwa ingin ikut.
Akhirnya diputuskan untuk naik motor, biar lebih fleksibel mau pulang kapan. Sekira pukul 12 siang, mereka berdua sudah meninggalkan Bandung, melewati Cimahi dan Padalarang yang tidak berkurang macetnya. Cuaca terbilang 'cengdem' apalagi melewati daerah Cikalong - Jonggol yang banyak pepohonan. Alhamdulillah lancar meski jalanan rusak.
Sekira pukul empat sore, mereka berdua sudah sampai di TPU Cipenjo Cileungsi. Dari arah Jonggol, mereka tinggal langsung memasuki Kompleks Harvest City untuk menuju ke TPU. Sungguh bersyukur tepat waktu karena setelahnya jenazah kakak ipar datang. Beberapa orang berpakaian loreng-loreng langsung berbaris rapi.
Pemakaman ala militer terselenggara dengan begitu khidmat. Kakak ipar memang pensiunan TNI AL dengan pangkat terakhir Pelda RUM, artinya Pembantu Letnan Dua di Korps Kesehatan Rawat Umum. Baru pertama kali sosok itu menyaksikan pemakaman ala militer secara langsung dan ternyata jenazahnya adalah anggota keluarga sendiri.
Pada titik ini, sebagai manusia kita kembali diingatkan tentang hakikat perjalanan. Kematian adalah istirahat panjang seorang manusia di alam dunia. Itulah mengapa saat masih hidup, manusia diminta untuk terus berusaha. Jika kematian adalah istirahat panjangnya, maka isilah hidup ini dengan aktivitas yang bermanfaat dan mengundang pahala.
Perjalanan Panjang Nan Melelahkan
Hidup adalah sebuah perjalanan dan layaknya perjalanan, maka akan ada tempat singgah untuk beristirahat. Istirahat di sini bermakna untuk mengumpulkan kembali energi yang berkurang. Mengumpulkan semangat untuk kembali berjalan agar tercapai tujuannya. Oleh karena itulah saat beristirahat, sewajarnya saja dan tidak berlebih-lebihan.
Dalam bekerja pun begitu, tidak terus-menerus dipaksakan melebihi batas kemampuannya. Jika memang sudah lelah, beristirahatlah. Istirahat yang cukup. Tidur maksimal selama 15 menit sudah membuat badan kembali segar. Daripada dipaksakan bekerja dengan terkantuk-kantuk, tidak efektif. Ada strategi saat membuat jadwal bekerja dan istirahat.
Pukul 1:30 dini hari, sosok itu dan sang belahan jiwa kembali mengukur jalan. Perjalanan gelap-gelapan melewati Cikeas, Cibinong, dan akhirnya ke Jl. Raya Bogor. Malam begitu sunyi, apalagi pas di Bogor langsung diiringi oleh hujan yang menderas. Terus begitu hingga sampai Cipanas. Setelah Gunung Mas malah ditambah efek kabut yang tebal. Perjalanan makin terasa dramanya.
Khawatir menembus ke alam lain, sosok itu merapal ayat-ayat penenang diri. Beberapa ayat di QS Al-Baqarah disenandungkan dengan sepenuh hati, sementara sang belahan jiwa sudah asyik tertidur pulas. Alhamdulillah hati begitu tenang dengan kecepatan sekira 40-60 km/jam. Pukul empat lebih, beristirahat sejenak di Masjid Darussalam Cianjur. Waktu subuh makin dekat.
"Siapa yang hidup akan melihat,
tetapi yang bepergian akan melihat lebih banyak."
~ Ibnu Batutah
Sekali lagi, istirahat dalam sebuah perjalanan panjang memang begitu penting. Sosok itu bisa berkesempatan untuk membersihkan diri, membuang hal-hal yang tidak mengenakkan, dan tentu saja senam-senam ringan dengan gerakan shalat Subuh. Setelahnya, juga bisa nyemil makanan ringan dan minum teh hangat. Ah, menyegarkan sekali.
Perjalanan dilanjutkan kembali dengan hujan-hujanan. Hujan yang lumayan awet sehingga terpaksa terus memakai jas hujan hingga memasuki Bandung meski hujan sudah berhenti saat masih di Cipatat. Sang belahan jiwa alhamdulillah bisa kembali bekerja tepat pukul tujuh, sedangkan sosok itu beristirahat sejenak di rumah lalu berangkat ke kantor pada siang harinya.[]
0 Comments