Sang Investor Langit

Ir. Sholah Athiyah | Tafahna Al-Asyraf | Investor Langit

Tidak banyak yang mengenal Ir. Sholah Athiyah. Di mesin pencari pun begitu susah mencari siapa beliau dan apa yang telah dilakukannya secara detail. Sampai ada yang mengatakan, "Bisa jadi beliau hanya terkenal di langit saja, tidak di dunia." Namun pada 11 Januari 2016, Mesir gempar. Sekira setengah juta orang tumpah ke jalan raya di kota kecil bernama Tafahna Al-Asyraf untuk melepas kepergian beliau.

Sholah kecil berasal dari keluarga miskin. Beliau dibesarkan di Tafahna Al-Asyraf, sebuah kota kecil di Mesir yang tidak begitu terkenal. Kota yang tenang tetapi kemiskinan warganya menyebar. Meski begitu Sholah kecil tidak menyerah terhadap keadaan, bahkan makin semangat untuk terus menuntut ilmu hingga akhirnya diberi kesempatan untuk mencicip bangku kuliah, jauh dari kota kelahirannya.

Sebagai perbandingan bagaimana miskinnya beliau, celana panjang yang dikenakannya saat kuliah hanya satu. Tidak pernah diganti kecuali saat dicuci dan tidak kemana-mana. Beliau mengambil jurusan pertanian, dengan harapan bahwa ilmunya akan bermanfaat di kampung halaman tercinta. Sholah pun lulus dan setelahnya langsung mengajak sembilan sahabatnya untuk memulai bisnis unggas dan perkebunan.

Lokasi bisnisnya adalah di Tafahna Al-Asyraf. Modal dikumpulkan, termasuk uang hasil penjualan perhiasan istri-istri mereka. Ada hal hebat yang kemudian dilakukan oleh Sholah dewasa, yaitu mengajak 'mitra bisnis' ke-10 untuk memperkuat kerjasama mereka. Semua sepakat. Siapa? Allah Swt. Semua tertulis di dalam surat perjanjian di bawah notaris resmi, yaitu Allah Swt. akan menerima 10% dari keuntungan.

Waktu berlalu. Peran Allah Swt. adalah memberikan perlindungan, pemeliharaan, dan perawatan dari segala wabah penyakit terhadap unggas dan hasil pertaniannya, yang semuanya juga tertulis di surat perjanjian. Pada tahun pertama, bisnis mereka untung besar. Pada tahun kedua surat perjanjian diubah dimana Allah Swt. akan menerima 20% keuntungan pada tahun berikutnya.

Ternyata bisnis mereka di tahun kedua kembali untung besar. Surat perjanjian diubah kembali dengan menaikkan persentase Allah Swt. menjadi 50% pada tahun berikutnya. Harta milik Allah Swt. digunakan dengan membangun sekolah dari tingkat SD sampai SMA di Tafahna Al-Asyraf. Tidak hanya itu, mereka juga membangun Baitul Maal di kota kecil itu.

Hingga kemudian Ir. Sholah Athiyah dan kawan-kawannya mengajukan izin untuk mendirikan universitas di Tafahna Al-Asyraf. Berhasil? Tidak. Pengajuan mereka ditolak. Alasannya tidak ada sarana dan prasarana di kota kecil tersebut. Mereka pun kembali mengajukan proposal lengkap dengan rencana pembangunan stasiun, jalurnya, dan kereta apinya sendiri di Tafahna Al-Asyraf.

Proposal diterima. Dengan biaya sendiri yang diambil dari milik Allah Swt., semua dibangun dengan cepat dan terencana. Gedung asrama untuk mahasiswi pun dibangun yang memiliki seribu kamar ditambah Baitul Maal kedua. Efeknya, kemiskinan di kota kecil tersebut hilang. Setiap panen, seluruh warganya diberikan sayuran gratis. Begitu pula dengan pelatihan bagi pemuda pengangguran untuk menjadi petani tangguh.

Hasil pertanian berupa sayuran dan unggas tidak hanya memenuhi kebutuhan kota tersebut, tetapi menyebar sampai ke seluruh Mesir dan termasuk diekspor ke negara tetangga. Puncaknya, Ir. Sholah Athiyah menyerahkan 100% keuntungan usahanya kepada Allah Swt. sebagai mitra ke-10. Beliau merasa cukup hanya dengan menjadi 'karyawan' Allah Swt.

Pada hari wafatnya, sekira setengah juta orang melepas kepergiannya. Benar, di masa lalu beliau tidak dikenal bahkan oleh orang Mesir sendiri, tetapi kini namanya begitu harum menghiasi Bumi Mesir. Tafahna Al-Asyraf bukan lagi kota kecil yang tidak dikenal, tetapi telah menjelma menjadi kota mandiri yang sangat terkenal di Mesir. Semua itu berubah karena Ir. Sholah Athiyah.[]

"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Ali 'Imran, 3: 92)

Post a Comment

0 Comments