Meski terbilang pemalu, Aswi kecil termasuk tipe anak yang suka bermain dan berkumpul. Alhamdulillah masa kecilnya begitu bahagia dengan menguasai beragam permainan, baik itu yang bersifat individual ataupun berkelompok. Mungkin bisa dibilang bukan nge-geng, tapi karena seringnya berkumpul dengan beberapa orang yang itu-itu saja untuk permainan atau kesukaan tertentu, jadi berkesan seperti itu.
Ada Geng Ketel, yaitu mereka yang domisilinya memang di Jl. Ketel. Mereka biasanya lebih menguasai permainan tradisional yang bisa dimainkan di dekat rumah seperti di Jl. Ketel. Entah itu bermain karet, gobak sodor atau galasin, bentengan, dampu, boy-boyan, atau perang-perangan dengan menggunakan ketapel atau senapan karet. Geng ini pun kadang bercampur dengan anak-anak lain yang berdatangan.
Lalu ada geng kelereng atau gundu. Ya, permainan gundu ini mempersatukan anak-anak yang memang suka dan bisa dengan permainan ini. Tidak semua anak bisa memainkannya. Oleh karena permainan ini memerlukan keterampilan individual, maka berdasarkan kebisaannya terseleksilah anak-anak yang terbilang jago atau biasa-biasa saja. Sosok itu termasuk yang masuk kategori jago.
Untuk kategori jago, permainannya sudah terbilang 'ngeri'. Bukan lagi main berkelompok, tapi lebih tepat disebut duel alias satu lawan satu. Berbeda dengan permainan gundu biasa seperti lobangan yang bisa beramai-ramai. Meski begitu, jago atau tidak jago, Geng Gundu mempersatukan anak-anak yang suka bermain gundu. Oya, Geng Ketel di atas juga suka memainkan permainan teras rumah seperti bekel, gambaran, dan sejenisnya.
Ada Geng Kelas juga, lho. Mereka biasanya adalah anak-anak yang sekolahnya berada di satu kelas atau minimal berada di tingkat kelas yang sama. Permainannya sudah lintas jalan, rumahnya bisa berjauhan, tetapi kalau berkumpul ya tetap bersenang-senang. Semisal saat Ramadhan pernah ke tengah laut melalui jalan setapak batu pemecah gelombang, hanya untuk memancing atau berenang saja.
Sosok itu sendiri juga suka melihat dan mengagumi kakak-kakaknya yang memiliki geng-geng unik. Semisal geng olahraga karena memiliki hobi olahraga yang sama. Atau geng karang taruna karena kebetulan Mas Heru, kakak tertua, adalah penggerak karang taruna di komplek. Mas Heru ini juga termasuk menjadi guru madrasah ibtidaiyah yang tidak menaikkan dirinya karena suka bolos dan malas belajar.
Dari semua cerita anak geng itu, sosok itu belajar bahwa berkomunitas adalah sebuah keuntungan bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Berkolaborasi dengan banyak orang semasa kecil membuatnya senang berkomunitas saat remaja, mahasiswa, hingga sekarang. Konsep kebersamaan inilah yang sudah diajarkan Islam dengan nama berjamaah, yang sudah diterapkan dalam ibadah shalat, zakat, dan seterusnya.[]
#OneDOA #HariKe7 #BloggerBDGxRamadhan #KOMBESmenulis
0 Comments