Ramadhan Masa Kecil: Sahurnya Tetangga

Ramadhan Masa Kecil | One DOA | Sahur

Aswi kecil memiliki kawan yang tidak lain adalah tetangganya. Meski usianya jauh di bawah, tetapi kalau bermain selalu asyik-asyik saja. Rumahnya berada di sebelah kiri, bernomor dua. Di bagian belakang rumah, ada dak beton yang saling menyambung, sehingga mereka berdua suka bermain bersama di atap rumah. Biasanya sih bermain layangan. Atau memetik mangga matang milik tetangga belakang.

Namanya Diko, bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya perempuan, masih adik kelas juga, cantik. Ibunya bernama Bu Pri, salah seorang guru di SDN 01 Pagi Tanjung Priok yang pernah mengajarnya di kelas 5 atau kelas 6. Bu Pri lah yang mengajarinya les matematika saat sosok itu duduk di kelas 4, hingga kemudian mengubahnya dari murid bodoh menjadi murid pandai.

Keluarga mereka beragama kristen. Meski begitu, Diko sangat suka dengan aktivitas puasa yang dilakukan oleh umat Muslim saat bulan Ramadhan. Tidak jarang, Diko juga ikut berpuasa selama beberapa hari. Kalau tidak salah, bibi dari Diko itu beragama Islam. Nah, kebiasaan yang sering dilakukan Diko dan Aswi kecil adalah bermain setelah shalat Subuh.

Pastinya, Diko juga ikut sahur. Tapi detailnya bagaimana, sosok itu tidak mengetahuinya. Apakah Bu Pri memang bangun dini hari, memasaknya, lalu menemaninya, atau bagaimana itu bukan urusannya. Pokoknya, setelah sahur dan azan subuh belum berkumandang, Diko dan dirinya bertemu di depan rumah lalu mengobrol panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang.

Setelah azan, sosok itu bakal bergegas ke masjid yang lokasinya berada di ujung Komplek PLTU Tanjung Priok. Kalau beramai-ramai, dia berani jalan kaki sehingga tidak perlu takut saat melewati Wisma dan TK. Akan tetapi kalau sendirian, dia langsung mengambil sepeda dan ngebut selama melewati Wisma dan TK tanpa berani menoleh. Terus terang, ada kejadian horor saat dirinya sendirian bermain di TK.

Selepas shalat, barulah dia dan Diko bermain. Seringnya berjalan-jalan ke jembatan putar yang jaraknya sekira dua kilometer. Bisa sambil mengobrol atau sambil bermain petasan. Setelah jalan-jalan, barulah mereka bermain permainan yang ringan-ringan dan bisa dimainkan di teras rumah. Entah itu gambaran, mainan tentara dari plastik, atau bermain monopoli, halma, dan ludo.

Menu sahur biasanya tidak seistimewa menu berbuka. Hanya lauk pauk biasa untuk memberikan energi bagi tubuh. Kalau gak telor ya tempe. Kalau gak daging ayam ya tahu. Kalaupun ada sayur, biasanya sayur kemarin sore yang dihangatkan. Kalau waktunya mepet, menu pamungkas keluarga adalah mie instan yang dimasak banyak sehingga berkesan istimewa. Ssst ... Aswi kecil biasanya agak susah kalau dibangunkan sahur.[]

#OneDOA #HariKe6 #BloggerBDGxRamadhan #KOMBESmenulis

Post a Comment

0 Comments