Ramadhan Masa Kecil: Wisma PLN

Ramadhan Masa Kecil | One DOA | Wisma PLN

Ada baiknya kali ini dia bercerita tentang kejadian horor yang pernah dialaminya. Kalau soal jalan-jalan setelah sahur kan sudah pernah, sedangkan jalan-jalan sore biasanya diisi dengan kegiatan permainan. Oleh karena itu dia akan bercerita tentang masa kecilnya yang lucu tapi tidak pernah bisa dilupakan. Ya, apalagi tentang pertemuannya dengan setan di halaman Wisma PLN.

Jajaran Wisma PLN dan TK Putra Pantai memang terbilang menyeramkan. Kedua tempat ini sudah dikenal oleh anak-anak komplek sebagai tempat angker. Wisma PLN cenderung sepi. Jarang ada tamu, yaitu orang dari luar kota yang sedang berkunjung ke PLTU Tanjung Priok. Wisma ini bertingkat dua dengan jendela kaca besar yang ditutup gorden, Di sebelahnya ada taman dengan banyak pohon.

Taman ini memang bagus dan indah, bersebelahan langsung dengan TK Putra Pantai. Pembatasnya hanya berupa pagar kawat. Bagian TK yang berbatasan adalah tempat bermain seperti ayunan, jungkat-jungkin, kereta-keretaan, dan bangunan besi berbentuk kubus atau lingkaran untuk melatih motorik anak, dan kumpulan ban untuk berjalan. Sebelah utaranya adalah tembok yang langsung bersentuhan dengan laut.

TK hanya ramai di pagi hari, itu pun di hari biasa. Kalau hari libur, ya sepi. Siang sampai malam, ya sepi juga. Kesepiannya makin menjadi karena jalan yang ada di depannya berhadapan dengan samping-samping rumah. Jarang ada orang yang lewat kecuali mau ke Masjid Nurul Falah atau ke lapangan tenis. Mungkin karena sepi inilah akhirnya anak-anak kalau tidak perlu banget tidak berani melewatinya.

Aswi kecil pernah bermain bersama teman dekatnya waktu SD ke TK. Hari libur, jadi sepi. Dia asyik bermain ayunan dan tertawa bersama. Hobinya memang suka bermain ayunan seperti yang ada di lapangan Jl. Ketel. Sedang asyiknya bermain, tiba-tiba ada suara yang menyeramkan dari taman Wisma PLN. "Haaa ... haaa ... haaa." Otomatis kepalanya langsung menengok dan matanya pun terbelalak.

Di sana ada sosok jangkung besar sedang duduk. Saking tingginya, duduk saja mencapai dua meter. Kepalanya botak dan lonjong, gigi-giginya tajam dengan tatapan mata merah. Dia lupa dengan pakaian yang dikenakannya karena setelah melihat sosok yang tiba-tiba saja hadir dan ngejogrok di sebelahnya, Aswi kecil langsung lari terbirit-birit meninggalkan temannya yang bersepeda roda tiga.

Tahu-tahu, dia sudah sampai di dekat rumahnya. Larinya cepat sekali. Sambil berusaha bernapas lagi dengan normal, teman-temannya yang ada mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dia hanya bilang, "Ada ... setan. Di ... wisma." Tak lama temannya yang bersepeda roda tiga sampai, sama dengan napas yang memburu. Ia membenarkan bahwa ada setan di Wisma PLN.

Teman yang mendengarkan pun langsung memasang wajah terkejut. "Wisma emang angker. Gak siang, gak malem. Si A juga pernah lewat sana siang-siang, sendirian. Trus liat ada orang buka gorden di lantai dua. Padahal katanya lagi gak ada tamu. Hiii," celetuk satu orang. "Si B juga pernah liat tukang kebun lagi berdiri di taman. Padahal orangnya lagi di masjid. Trus yang diliat si B siapa?" kata yang lain.

Setelah shalat Subuh berjamaah di masjid, anak-anak dihebohkan dengan cerita tuyul pas sahur di Jalan Kondensor. Katanya, "Si bapak anu setelah sahur keluar rumah. Terus curiga ada bocil lagi lelarian. Terus menghilang di salah satu rumah, dan ia pun berteriak TUYUL-TUYUL-TUYUL!" Lalu seorang bocah berperawakan kecil dan berkepala botak ikut nimbrung, "Padahal itu kan saya."[]

#OneDOA #HariKe14 #BloggerBDGxRamadhan #KOMBESmenulis

Post a Comment

0 Comments