Anak ITB Cinta Anak UNPAD

FIB Universitas Padjadjaran | Sastra Tiongkok | Prabu

Prolog dulu, bahwa kisah ini bukan perseteruan antara anak ITB dan anak UNPAD. Bukan pula perjuangan anak ITB untuk mendapatkan anak UNPAD, meski nantinya bakal ada percikan cerita di awal. Akan tetapi, ini adalah kisah perjuangan seorang anak yang baru selesai melepas seragam putih abu-abunya dengan hati bungah menuju gerbang baru menuju dunia kampus.

Cerita bermula dari sosok itu yang terbilang beruntung bisa berkuliah di ITB lewat jalur UMPTN 1994. Tidak mudah, karena dirinya tidak pernah mengenyam dunia bimbingan belajar, dan hanya bermodalkan belajar mandiri dari buku-buku tebal untuk menembus UMPTN. Dia sempat gagal di jalur PMDK dan di jalur Seleksi Mandiri STT Telkom (sekarang Telkom University) yang dulu masih ikatan dinas.

Setelah masuk ke dunia kampus ITB yang begitu pelangi, dirinya berkenalan dengan beberapa perempuan yang membuat hatinya berbunga. Apakah itu teman sekelasnya, adik kelasnya, hingga anak kampus seberang yang merupakan anak UPI atau anak UNPAD. Dari semua itu, kisah asmaranya hanya sebatas 'bertepuk sebelah tangan' atau hanya disimpan dalam hati saja.

Namun kehidupan harus berjalan terus ke depan. Bisa jadi kisah-kisah yang terpendam itulah yang membuat sosok itu menjadi seorang penulis dengan perkembangan imajinasinya. Pada akhir perkuliahan, dia berkenalan dengan Sang Belahan Jiwa yang merupakan lulusan SPK Aisyiyah Bandung di Masjid Salman lewat jalur literasi. Dia mengenalnya lewat jalur seorang kawan yang menjadi sahabat pena.

Sosok Itu | Sang Belahan Jiwa | 20th Anniversary

Setahun berkenalan dan semakin dekat, akhirnya dia memutuskan untuk melamarnya. Menikahlah mereka berdua pada 2002 dan sejak saat itu dirinya resmi menjadi warga Bandung sesuai cita-citanya pada saat menjejakkan kakinya di Bumi Parahyangan. Alhamdulillah keduanya dikaruniai dua orang putri yang sehat dan cantik, tetapi memiliki sifat dan karakter yang jauh berbeda.

 

Kakak Bin

Kakak Bin yang lahir pada 2004 memiliki rambut ikal dan murah senyum. Hatinya begitu sensitif sehingga hal-hal yang ringan dan sederhana bisa membuatnya menangis begitu saja. Pernah ditanyakan langsung mengapa dirinya menangis, ia menjawab, "Gak tahu, ini airmatanya turun begitu aja." Ia begitu suka dengan kegiatan membaca dan cenderung gak bisa diganggu kalau lagi fokus ke satu hal.

Kemauan belajarnya tinggi dan sering sekali bertanya pada sosok itu meski misalnya keduanya berada di kota yang berbeda. Sangat berbeda dengan Adik Anin yang berbeda usia dua setengah tahun. Kemauan belajarnya kurang tetapi memiliki daya tangkap yang lebih. Jadi, kepintaran Kakak Bin didapat dari cara belajarnya yang terus-menerus sedangkan kepintaran Adik Anin didapat hanya dengan sekali mendengar saja.

Kakak Bin mulai berhijab sejak dini, yaitu saat dirinya masih duduk di Kelas 4 SD. Lanjut ke pesantren juga atas dasar kemauan dirinya sendiri sejak dini. Untuk memastikan tempatnya nyaman, ia pun sampai survey ke lima pesantren meski hanya tiga tempat saja yang diikuti tes masuknya. Semua lulus dan akhirnya ia lebih memilih nyantri di Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Singaparna.

Perjuangan nyantri dimulai, baik bagi Kakak Bin maupun bagi kedua orangtuanya. Ternyata tidak mudah sehingga di tengah-tengah jalan harus bisa berkompromi dan mengambil jalan terbaik. Setahun pertama begitu berat dijalani, tetapi bersyukur bahwa pilihan hidupnya diikuti oleh sepupunya, lalu oleh adiknya sendiri. Dari niat awal hanya nyantri di tingkat SMP, akhirnya berlanjut hingga lulus SMU.

Kakak Bin | Keluarga Djaidi | Family Time

Sosok itu sungguh bersyukur bahwa selama di pesantren, Kakak Bin jarang sakit. Pernah sakit yang kebetulan bersamaan waktunya, tercatat pada 11/8/2018 dia memaksakan diri momotoran Bandung-Singaparna PP untuk menjenguknya. Perjuangan yang luar biasa apalagi perjalanan dramatis itu ditutup dengan 2x ban bocor saat pulang kembali ke Bandung.

Jalur Bandung-Singaparna berhasil dilibas dengan berbagai transportasi. Mulai dari sewa mobil, naik bus, naik elf, naik angkot, naik kereta, naik taksi online, naik ojek online, dan termasuk naik motor sendiri. Petualangan itu memperkaya keluarga kecilnya bagaimana proses pendidikan itu tidak hanya sekadar daftar lalu sekolah begitu saja. Komunikasi yang baik antaranggota keluarga juga memegang peranan penting.

Dari seorang Kakak Bin yang pendiam dan susah bergaul, yang dipenuhi dengan adegan menangis serta banyak menulis diary, akhirnya menjelma menjadi siswi yang disukai plus ditakuti oleh adik-adik kelasnya. Maklum saja, ia pernah diamanahi sebagai Kepala Keamanan yang begitu tegas. Kemampuan berbahasa Inggris dan Arab pun semakin hari semakin dikuasainya, sehingga wajar kalau kesukaannya pada sastra terus meningkat.

 

Dunia Menulis

Kesukaannya pada dunia kepenulisan bisa jadi dimulai dari ada banyaknya buku di rumah, langganan Majalah Bobo, hingga akhirnya sering membeli buku-buku cerpen/novel anak/remaja. Lingkungan rumah sangat mempengaruhinya sehingga saat SD Kakak Bin bisa menulis cerita dan dimuat di Harian Pikiran Rakyat dua kali. Mendapatkan honor menulis untuk pertama kalinya jelas begitu membekas.

Terlihat jelas binar kebahagiaannya kalau diajak ke Pasar Buku atau Toko Buku. Dalam satu waktu, ia bisa memborong buku-buku yang disukainya, tidak hanya membeli satu-dua buku saja. Begitu sampai di rumah, buku-buku itu pun langsung dilahap dengan cepat. Sampai sekarang. Bisa jadi kesukaannya membaca, membuatnya tidak terlalu kesulitan untuk menulis.

Itulah mengapa saat ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN), Kakak Bin 'ngotot' pengen masuk sastra. Bukan Sastra Farmasi ITB seperti sosok itu hehehe. Awalnya memilih Sastra Inggris Unpad saat SNMPTN, gagal. Lalu berganti haluan memilih Sastra Jepang Unpad saat UTBK, gagal kembali. Strategi diubah dengan memilih Sastra Indonesia Unpad saat Seleksi Mandiri, masih gagal juga. Coba lagi dengan pilihan Sastra Inggris UIN, tetap gagal.

Kakak Bin | Sastra Tiongkok | FIB UNPAD

Serangan mental sebenarnya tidak hanya menyerang si anak, tetapi juga orangtuanya. Pada 24 Juni 2022 atau bertepatan dengan pengumuman kelulusan jalur UTBK, sosok itu boleh dibilang sedang gelisah. Kegelisahan yang terus berlanjut setelah pengumuman keluar. Aslinya ... dari jam 14.30 sampai malam, dia tidak tenang dan terus deg-degan. Memang, ada rasa kecewa dan entahlah, ada sesuatu yang mengganjal di dada.

Dia terbiasa gagal dan itu membuat dirinya untuk bangun lebih kuat dan menggapai prestasi yang lebih baik lagi. Tapi jika anaknya sendiri yang gagal, ternyata dia belum siap. Sampai di rumah, ternyata reaksi Kakak Bin biasa saja. Malah lagi dandan. Namun kemudian, ada banyak cerita malam itu ... salah satunya adalah keterbukaan Kakak Bin bahwa ia memang tidak maksimal.

Dia berjuang hanya ingin menyenangkan kedua ortunya. Gak terlalu berniat kuliah. Tapi setelah melihat teman-temannya yang menangis karena gagal menembus PTN, ia jadi ikut-ikutan menangis dan berpikir lebih dalam lagi. Ia minta maaf, begitu pula sosok itu dan sang belahan jiwa pun minta maaf karena khawatir telah memaksakan. Setelah malam itu, ada semangat baru yang masuk ke dalam darah mereka bertiga.

Komunikasi kembali dibangun untuk membangkitkan semangatnya. Hingga akhirnya ia mau ikut Seleksi Mandiri Unpad untuk program D4 memilih Sastra Cina yang resminya bernama Program Studi Bahasa dan Budaya Tiongkok. Wawasannya dibuka lebih lebar lagi bahwa tujuan kuliah itu bukan untuk membuka peluang kerja, tapi menimba ilmu yang bermanfaat bagi masa depannya. Alhamdulillah, setelah mengalami kegagalan berkali-kali, Kakak Bin dinyatakan lulus.

 

Masa Prabu

Tahap berikutnya adalah pendaftaran ulang. Teknologi sudah berkembang lebih maju, sehingga proses registrasi ini semuanya memakai jalur daring. Meng-upload berkas formulir yang harus diisi dan berkas-berkas penunjang lainnya yang dibutuhkan, hingga berujung pada proses pembayaran. Ketika semuanya sudah selesai, Kakak Bin resmi menyandang gelar mahasiswa baru Unpad.

Buktinya adalah mendapatkan KTM alias kartu tanda mahasiswa dan juga penyerahan jas almamater. Sampai sini juga, baik sosok itu dan sang belahan jiwa masih tidak percaya kalau anak mereka berhasil masuk ke Unpad. Dan jadwal pun bergulir menuju event PRABU atau Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran 2022. 15 Agustus serah terima jas almamater, 22-27 Agustus sudah langsung Ospek.

Ospek itu istilah lama yang bermakna orientasi studi dan pengenalan kampus, semacam seremoni yang harus dilewati oleh mahasiswa baru. 22-24 Agustus adalah Ospek skala Kampus yang diselenggarakan secara hybrid. Kakak Bin harus datang ke kampus pada hari seninnya, sedangkan selasa dan rabu cukup mengikuti secara daring. Dilanjut 25-27 Agustus ia harus mengikuti Ospek skala Fakultas secara luring.

PRABU | Unpad | Maba Padjadjaran

Pengalaman baru bahwa sosok itu harus mengantar anaknya sebelum dan setelah subuh menempuh jarak sekira 20 km, melewati jalan yang sedang diperbaiki antara Cinunuk-Cileunyi, dan tentu saja kemacetan yang absurd setelah jam enam. Tugas-tugas pun harus dikerjakan Kakak Bin dan tentu saja terasa mengasyikkan, apalagi kalau mendengar ia bercerita dengan semangat saat sudah di rumah.

Seminggu yang melelahkan bagi keluarganya karena harus mengantar dan menjemput. Lalu per 29 Agustus 2022 Kakak Bin ternyata sudah memasuki jadwal kuliah perdananya. Strategi disusun kembali agar perjalanannya ke Kampus Unpad Jatinangor tidak mengalami hambatan. Ada kalanya naik motor, dan akhirnya uji coba naik bus Damri pun dilakukan dari titik Halte Hotel Horizon.

Perjuangannya belum selesai. Diterima sebagai mahasiswa baru Sastra Cina Unpad hanyalah gerbang awal untuk kehidupannya di masa depan. Kakak Bin masih harus berjuang menjalani kehidupannya di kampus yang lumayan jauh, tidak mengambil opsi nge-kost untuk menghemat biaya, plus perjuangan sosok itu agar bisa mendapatkan keringanan biaya UKT yang dirasa besar. Bismillah.[]

Post a Comment

0 Comments