Polusi dan Penyakit Asma, Sang Musuh Abadi

Hajar Selimut Polusi | Perubahan Iklim | Bang Aswi

Dada ini terasa sakit sekali, jalur pernapasanku satu-satunya tersumbat. Mata dan tubuh sudah terasa letih, namun sesuatu yang menyesakkan telah membuatku terjaga. Rabb, akankah aku sanggup menghadapi cobaan-Mu ini? Mungkinkah ini ajalku? Aku tidak yakin siap jika ini takdir-Mu. Hutangku masih banyak. Janjiku belum terpenuhi semua.

Dan Umi … akankah aku bisa berdampingan dengannya–pada saat hari H nanti. Akankah ia menjadi pendamping surgaku, ataukah hanya sebuah angan yang tak terlaksana? Dinda … maafkan Abang! Uuh…! Dada ini sakit sekali.

Cisitu Lama, 22 Juni 2002, Pukul 01.15

Catatan di atas ditemukan di dalam buku lawas yang sudah terlupakan. Bertumpuk dengan buku-buku lain yang harus dibereskan. Kemudian sosok itu mengingat-ingat peristiwa tersebut, sambil memegang dadanya. Di tengah malam itu, ya, dia terkena serangan asma dan sempat berpikir bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Pikiran yang sama sejak kecil kalau asmanya kambuh.

Asma memang telah melekat pada sosok itu sejak lahir. Awalnya karena ketubannya sudah pecah sebelum dia keluar dari rahim sang bunda. Air ketuban sudah banyak yang tertelan, darah pun keluar tanpa henti dari perut sang bunda, meski dia sudah benar-benar keluar. Tidak menyalahkan keadaan, tetapi itulah yang terjadi dan asma menemaninya hingga sekarang.

Alhamdulillah, tiga bulan kemudian setelah Juni 2002, dia bisa menikah dengan Umi, sang belahan jiwa yang kini telah menemaninya selama 20 tahun. Asma itu menetap, tidak mau pergi. Kadang-kadang muncul saat kondisi tidak memungkinkan. Perubahan cuaca, debu, keletihan, stres, bulu binatang atau bahkan serbuk bunga, dan seterusnya.

Disadari atau tidak, faktor lain pemicu asmanya kambuh adalah asap pabrik dan polusi kendaraan. Polusi yang berkumpul di udara itu kemudian menjadi #SelimutPolusi yang menggulung. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Ini juga menyebabkan kekeringan, permukaan laut naik sehingga menggenangi daratan, dan tentu saja cuaca ekstrem.

#SelimutPolusi

Sakit | Opname | Bang Aswi

Cuaca Ekstrem dan Asma

Senin malam, 26 September 2022, qadarullah sosok itu kembali harus diopname di rumah sakit karena asmanya kambuh. Seminggu sebelumnya dia sudah masuk IGD karena demam dan sesak napas, tetapi kemudian masih bisa bekerja dengan kondisi tubuh belum fit benar. Setelah masuk IGD untuk kedua kalinya, dokter pun menegaskan bahwa dia harus dirawat. Asmanya sudah terhitung berat.

Tiga kali sehari, selama dirawat, dia harus menjalani inhalasi, yaitu proses memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernapasan dengan menggunakan alat nebulizer. Tujuannya adalah melonggarkan jalan pernapasan sekaligus membuang lendir-lendir yang ada di paru-paru. Selama tiga hari, alhamdulillah cara itu membuatnya menjadi sehat kembali.

Sebagai manusia, wajar dong kalau kembali merunut ke belakang mencari alasan mengapa asma sosok itu bisa kambuh, apalagi biasanya para sahabatnya juga bertanya, "Kok bisa sakit?" Pemicu pertama, bisa jadi karena kelelahan yang tidak disadari. Pemicu kedua, kondisi cuaca Bandung dan Jakarta yang ekstrem. Di Bandung sering hujan dan angin kencang, sampai di Jakarta ternyata begitu terik.

Kedua kondisi itulah yang tidak disadarinya, hingga membuat tubuhnya tumbang. Sesehat apapun pikirannya, ternyata tidak bisa menafikan bahwa tubuhnya memang butuh istirahat. Dirawat di rumah sakit adalah 'pemaksaan' yang bagus karena tubuhnya pun jadi bisa istirahat total dengan pengawasan yang ketat dari perawat. Jadwal makan yang tepat waktu dan bergizi, plus minum obat teratur.

Setelah sehat dan kembali ke rumah, tetangga depan rumah langsung menjenguknya. Pak Dikdik yang merupakan karyawan di Dinkes Kota Bandung pun bercerita, "Cuaca ekstrem seperti sekarang memang bisa mengakibatkan orang-orang pada sakit, terutama mereka yang pernapasannya rentan. Sebenarnya faktor utama penyebab orang-orang pada sakit itu ya polusi udara."

Hajar Selimut Polusi | Bersepeda | Bang Aswi

"Kok, bisa?" tanya sosok itu. "Ya, bisa. Polusi udara itu penyakitnya bukan hanya langsung ke pernapasan, tetapi juga lewat makanan. Partikel-partikel kotor itu akan menghinggapi makanan yang dijual di pinggir-pinggir jalan atau bahkan makanan cepat saji lewat jalur drive thru. Jadi kita memang diserang lewat pernapasan, mulut, dan perut."

Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan, sumber polusi ibukota terbagi menjadi empat, yakni transportasi darat (75%), pembangkit listrik dan pemanas (9%), pembakaran industri (8%), dan pembakaran domestik (8%). Jika tidak diantisipasi dengan baik, maka kita akan mudah sekali terserang berbagai penyakit.

Beberapa penelitian lokal di Indonesia pun menunjukkan polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan paru seperti penurunan fungsi paru (21% sampai 24%), asma (1,3%), PPOK (prevalensi 6,3% pada bukan perokok), dan kanker paru (4% dari kasus kanker paru). Jelas, bahwa polusi udara merupakan salah satu masalah besar untuk kesehatan manusia dan lingkungan.

Bahkan, ada anggapan bahwa polusi udara di luar ruangan merupakan penyebab kanker. Tapi, kanker bukan satu-satunya penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara. Beberapa dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia yang dirangkum dari berbagai sumber adalah 1). ISPA, 2). Asma, 3). Paru-paru basah, 4). Bronchopneumonia, dan 5). Serangan jantung.

Hajar Selimut Polusi | Penyakit | Bang Aswi

#SelimutPolusi

5 Penyakit yang Harus Diwaspadai Akibat Polusi Udara

Pertama adalah ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut, adalah infeksi di saluran pernapasan yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja. Berdasarkan data WHO, ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.

Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Salah satu penyebabnya karena polutan udara. Kedua adalah asma atau asthmatic bronchiale. Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas.

Efeknya tentu saja menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk, dan sesak dada. Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini, persisi seperti sosok itu. Ketiga adalah paru-paru basah atau pneumonia.

Hajar Selimut Polusi | Sakit Akibat Polusi Udara | Bang Aswi

Paru-paru basah adalah penyakit akibat infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara atau alveolus di salah satu bagian paru-paru, atau bahkan keduanya. Paru-paru basah dapat disebabkan oleh serangan (infeksi) virus, jamur, atau bakteri terhadap sistem pernapasan. Penyakit tersebut diawali dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas.

Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat mengalaminya. Keempat adalah bronchopneumonia, yang ditandai dengan peradangan di saluran udara. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami penyakit ini dapat merasa sulit bernapas lega atau sesak napas karena paru-paru mereka tidak mendapatkan suplai udara yang cukup.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Namun dalam banyak kasus, bronkopneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam paru-paru melalui udara atau darah. Lagi-lagi oleh polusi udara. Kelima adalah serangan jantung. Ternyata ada hubungan erat antara polusi udara dan jantung.

Sebuah penemuan baru mengindikasikan bahwa menghirup udara yang terdiri dari polutan berbahaya, dapat menyebabkan aterosklerosis, suatu kondisi kardiovaskular. Aterosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh penumpukan plak di dinding pembuluh darah. Seiring waktu, penumpukan plak di dalam dinding pembuluh darah akan mengentalkan arteri.

Efek ini akhirnya membatasi aliran darah, nutrisi, dan oksigen ke seluruh tubuh. Pada akhirnya, aterosklerosis ini bisa mengarah ke penyakit jantung koroner, arteri perifer, serangan jantung, dan stroke. Dari penjelasan singkat ini, jelas pengaruh polusi udara begitu sangat berperan terhadap lima penyakit di atas. Ini harus diperhatikan oleh semua pemangku kebijakan.

#SelimutPolusi

 
Hajar Selimut Polusi | Ekonomi Hijau | Bang Aswi

Kebijakan PRK untuk Mencapai Ekonomi Hijau

Dalam hitungan hari ke depan, bangsa Indonesia akan merayakan Hari Sumpah Pemuda, sebuah gerakan positif bahwa anak-anak muda begitu berperan bagi tumbuh-kembangnya bangsa ini. Merekalah akar rumput penting yang sangat berperan di masa depan. Nah, berkaitan dengan masalah lingkungan hidup ini tentu mereka bisa menjadi #MudaMudiBumi penyelamat bumi.

Tidak bisa sendirian, harus berkolaborasi dan bekerjasama dengan banyak komunitas dan siapa pun yang berperan. Sehingga #TeamUpForImpact akan memberikan hasil yang lebih terasa dan bisa dikerjakan dengan mudah. Buat siapa? Tentu saja #UntukmuBumiku yang dicintai. Bumi adalah tempat tinggal manusia yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.

Jangan menunggu kondisi lingkungan kita tinggal (Bumi ini) menjadi semakin parah. Dengan semangat Sumpah Pemuda, mari gaungkan dan serukan ajakan kolaborasi kepada pemuda pemudi Indonesia untuk terus menjaga hutan Indonesia (salah satunya) demi mengatasi polusi. Cara lainnya adalah dengan strategi Pembangunan Rendah Karbon untuk mencapai Ekonomi Hijau.

Ekonomi Hijau atau Green Economy adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau ini dapat juga diartikan perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial.

Program Ekonomi Hijau bertujuan untuk mendorong kebijakan publik dalam menciptakan sistem perekonomian hijau yang ingin menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Secara spesifik, program ini bertujuan menuju perekonomian yang memancarkan gas rumah kaca lebih sedikit.

Menurut Dr. Ir. Medrilzam, MPE (Director of Environment, Kementerian BAPPENAS), dalam diskusi kelompok yang dilaksanakan pada Agustus 2022 kemarin di Cibubur, perlu perhatian serius di sektor transportasi agar polusi udara bisa ditekan, energi bisa dihemat, dan tingkat kesehatan masyarakat meningkat.

Hajar Selimut Polusi | Transportasi Darat | Bang Aswi

Salah satu permasalahannya adalah penggunaan kendaran bermotor pribadi yang terus meningkat setiap tahunnya. Data terakhir pada 2020 didapatkan bahwa ada 84% yang menggunakan sepeda motor dan 12% yang menggunakan mobil pribadi. Sisanya adalah bus dan mobil barang. Kendaraan pribadi ini terus mendominasi jalanan di Indonesia.

Selain memperparah kemacetan, hal ini berpotensi menggeser lokasi hunian/aktivitas masyarakat ke kawasan berpolusi tinggi (contoh: kawasan perindustrian). Pada 2019, sektor transportasi berkontribusi terhadap emisi CO2 Indonesia sebesar 27% atau sebesar 157 juta ton CO2, sehingga menjadikan sektor transportasi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar kedua setelah sektor industri.

Akibatnya, kemungkinan masyarakat terpapar oleh emisi dari transportasi pun meningkat dan menurunkan kualitas hidup serta kesehatan masyarakat. Berdasarkan World Air Quality Report 2020, Jakarta menempati peringkat ke-9 sebagai ibu kota berpolusi udara terburuk di dunia. Bagaimana dengan hari ini? Inilah saatnya para #MudaMudiBumi bergerak.

Agar realisasi Ekonomi Hijau terwujud, bisa memulainya dengan strategi Pembangunan Rendah Karbon (PRK), yaitu penanganan limbah dan ekonomi sirkular, pengembangan industri hijau, pembangunan energi berkelanjutan, rendah karbon laut dan pesisir, serta pemulihan lahan berkelanjutan. Targetnya adalah penurunan emisi GRK menjadi 27,3% pada 2024.

Kebijakan PRK untuk mendukung Net Zero Emission (NZE) adalah dengan fokus di bidang Energi, Lahan, Limbah, dan Fiskal. Hasil kajian membuktikan bahwa kebijakan PRK sebagai backbone Ekonomi Hijau mampu membawa Indonesia mencapai NZE. Hasil simulasi juga turut menunjukkan bahwa penerapan PRK akan menghasilkan pertumbuhan PDB rata-rata 6% per tahun hingga tahun 2045, mempercepat pengentasan kemiskinan, serta manfaat tambahan lainnya.

Dalam exercise Model Ekonomi Hijau Bappenas, kebijakan efisiensi di sektor transportasi memiliki dampak yang signifikan dalam pengendalian emisi GRK. Kebijakan efisiensi energi di sektor transportasi bisa dengan penggunaan kendaraan listrik dan hidrogen, peningkatan mutu bahan bakar, serta peningkatan teknologi kendaraan. Sektor transportasi berperan penting dalam pencapaian target NZE Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.

Hajar Selimut Polusi | Pentingnya Ekonomi Hijau | Bang Aswi

Meski begitu, ada saja tantangan PRK di sektor transportasi, yaitu penolakan kebijakan dari berbagai sektor, belum adanya roadmap (studi jangka panjang) pengembangan sektor transportasi, ketergantungan akan bahan bakar fosil, peningkatan populasi dan taraf hidup vs emisi, serta kontribusi aktif seluruh pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu penghasil emisi GRK terbesar, sektor transportasi memiliki peran kunci dalam penciptaan iklim ekonomi hijau. Kebijakan-kebijakan kunci untuk menurunkan konsumsi energi dan emisi GRK dari sektor transportasi seperti efisiensi sektor transportasi sangat dibutuhkan, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Tidak adanya kebijakan hijau di sektor transportasi tidak hanya akan menghambat terciptanya ekonomi hijau, namun juga dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, peningkatan kebutuhan anggaran kesehatan, serta angka harapan hidup penduduk. Ih, ngeri banget kan, ya?

#SelimutPolusi

Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru

Majelis Umum PBB telah menetapkan tanggal 7 September sebagai Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru atau International Day of Clean Air for Blue Skies, dimana tema pada tahun ini adalah “The Air We Share”. Ya, manusia bisa jadi berbeda tetapi kita semua menghirup udara yang sama, dengan kadar oksigen dan kadar karbondioksida yang sama.

Di luar sektor transportasi yang sudah dibahas di atas, ada beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara. 1). Penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan, misalnya dengan memaksimalkan moda transportasi umum, membiasakan diri bersepeda saat beraktivitas, atau berjalan kaki untuk jarak dekat.

Alhamdulillah meski tidak setiap hari, sosok itu sudah membudayakan untuk terus bersepeda sesering mungkin, baik itu sebagai alat transportasi saat bekerja ataupun sebagai sarana olahraga. Begitu pula dengan olahraga lari yang begitu terasa efeknya bagi kesehatan tubuh. 2). Penghematan energi, khususnya di rumah dan kantor.

Listrik di Indonesia masyoritas masih diproduksi dengan menggunakan batubara dimana zat buangnya adalah karbon yang menjadi penyumbang emisi GRK. Oleh karena itu, gunakan listrik seperlunya. 3). Penanaman pohon atau tanaman peneduh karena mereka bisa menyerap udara kotor dan memproduksi oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan adanya tanaman, udara juga menjadi lebih sejuk dan nyaman. 4). Tidak membakar sampah.

Hajar Selimut Polusi | Hari Udara Bersih Demi Langit Biru | Bang Aswi

Sosok itu yakin, masih banyak lagi langkah #UntukmuBumiku tercinta ini. Banyak sekali. Tinggal bergantung dari kebiasaan dan kesanggupan masing-masing. Dia sendiri sudah melakukan pengurangan emisi kendaraan bermotor dengan bersepeda, termasuk olahraga teratur dengan berlari sebagai cara untuk mengurangi agar asmanya tidak kambuh.

Polusi dan penyakit asma ini memang layaknya sang musuh abadi. Tidak berteman tetapi saling berhubungan erat. Kalau hanya mengandalkan orang lain untuk peduli terhadap bahayanya polusi udara, sampai kapan? Untuk itulah dia harus peduli dengan kesehatan diri sendiri, dimulai dengan pola dan bergaya hidup sehat. Nah, kalau kamu sendiri, apa yang sudah dilakukan?[]

Post a Comment

0 Comments