Muhasabah 2023

Muhasabah 2023

Malam Tahun Baru 2023 kemarin membuat diri ini semakin berpikir lebih dalam lagi, "Apa makna dari semua kehidupan yang kita jalani ini?" Mencari kebahagiaan untuk diri sendiri dan keluarga, ataukah mematikan rasa dengan tidak peduli pada orang lain? Masing-masing orang boleh memilih jalannya sendiri, tetapi sosok itu percaya dengan kekuatan 'berbagi'.

Akhir 2022 bisa dibilang adalah salah satu masa kelam kehidupan bagi diri dan keluarganya. Bagaimana tidak, kontribusinya di perusahaan penerbitan ternyata harus dihentikan di tengah jalan. Sempat kecewa, tetapi dia pun menyadari bahwa keputusan tersebut bisa jadi hal baik bagi sosok itu. Alhamdulillah, dia bersyukur bahwa bonus selama bekerja tetap diterimanya utuh.

Januari hingga Maret 2023, dia mengisi hari-harinya dengan banyak berjalan-jalan bersama keluarga kecilnya. Paling tidak, itulah hidup yang harus disyukuri, yaitu masih bisa bersama keluarga tercintanya. Olahraga bersama, naik motor bersama, nengokin anak di pesantren, atau mengantar-jemput anaknya yang sudah kuliah. Februari, mulailah dia berpikir untuk menjual barang-barang berharganya.

Meski begitu, aktivitas keseharian tetap dijalankan seperti berkomunitas atau pun berolahraga. Bertemu kawan-kawan seangkatan alumni ITB di ajang IUM 2022 yang dilaksanakan pada bulan Maret 2023 pun dirasakan bisa menambahkan suntikan semangat. Meski Lebaran 2023 bakal tidak ada bonus dan pemasukan, alhamdulillah dia masih dipercaya Bakpia Mataram untuk ke Jogja.

Ya, dirinya diajak ke Jogja untuk membantu branding Bakpia Mataram di bulan Ramadhan selama seminggu. Pengalaman yang sangat berharga bahwa menjelang lebaran dirinya berada di luar kota. Lalu pas lebaran, keluarganya kecilnya sowan ke Garut dan menikmati kebersamaan di sebuah desa di kaki Gunung Cikuray. Bulan Mei dia bersyukur kakak keempat mau mampir dan menginap di rumah.

Pada bulan yang sama, sosok itu berkenalan dengan Madu Baduy di ajang ConnectiCity. Setelah itu dia pun mendapatkan rezeki dari berjualan madu. Sebuah rezeki yang didapat dari silaturahmi. Bulan Juni rumahnya kembali dikunjungi oleh ibu, kakak kedua, dan adik. Semoga rumah kecilnya mendapatkan keberkahan. Silaturahmi pun tetap dia jaga dengan bersilaturahmi ke kawan-kawannya alumni Syaamil.

Bulan Juli tubuhnya melemah dan terpaksa harus diinfus dengan vitamin, sebuah pengalaman pertamanya. Kabar gembira datang dari Kakak Bin yang menjadi Juara 3 pada Lomba Menulis JNE. Di bulan yang sama dirinya dipercaya untuk membantu Kemendikbudristek dengan menjadi editor buku dan lanjut menjadi desainer. Dia pun berkesempatan mengunjungi Suku Baduy.

Keluarga ASUMI

Sosok itu bersama keluarga kecilnya saat main ke Napak Sancang

Bulan Agustus, sosok itu diberi kesempatan untuk mengabdi di Bolu Siliwangi dan pekerjaan pertamanya adalah menonton konser Utopia dan Kotak hahaha. Padahal memang produk Bumi Pasundan ini memang membuka stand di Bogor Festival Stadion Pakansari. Pada momen tersebut, dia juga diberi kesempatan untuk bisa bersilaturahmi ke rumah sepupunya di Cikaret Cibinong.

Bulan September, semangat menulisnya disuntikkan kembali dengan bersua Mas Gola Gong dan Kang Maman di ajang Literasi Asia Afrika. Dia pun diberi kesempatan untuk mengelola acara ASUS Gathering di Kota Bandung, sekaligus meramaikan ajang Festival Film Bandung dan Liga Buku Jabar. Sebuah kepercayaan yang luar biasa didapatkan sebagai buah kesabaran dan buah silaturahmi.

Bulan Oktober adalah bulan kelam bagi umat Muslim di Palestina, tetapi juga sebagai pintu pembuka bahwa apa yang terjadi di sana mulai diketahui seluruh dunia siapa yang sebenarnya disebut teroris. Dia pun membuka pintu silaturahim dengan bertemu kawan-kawan baru saat menginap di Saung Apung Cililin sekaligus menambah pengalaman baru lagi saat mengikuti ajang SAIL Expo Kemayoran.

Begitu pun saat dirinya dipercaya menjadi juri di ajang Duta Kesehatan Jabar di bulan November. Hingga akhirnya dipercaya kembali untuk jalan-jalan sekaligus bekerja ke Lampung di penghujung tahun. Meski kemudian sebuah episode kehidupannya dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, tetap di Siliwangi atau membuka lembaran baru di ITB Press.

Inilah momen perpisahan yang begitu menggetarkan jiwa. Akan tetapi Sang Maha memastikan hatinya apa yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Bagaimanapun dunia penerbitan dan kepenulisan adalah jiwanya yang selama ini terpatri indah. Sosok itu pun berkesimpulan bahwa dengan berbagi dan bersilaturahim insya Allah akan membuka pintu rezeki dari mana saja.

Roller coaster kehidupannya pada 2023 semakin memperkaya mental dan jiwanya bahwa hidup kadangkala tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan, tetapi dia yakin bahwa--bisa jadi--itulah yang terbaik bagi dirinya. 2023 pun ditutup dengan peristiwa kelam bahwa seseorang bisa saja tidak merasakan kebahagiaan tahun baru, melainkan harus kehilangan anggota keluarga yang dicintainya.

Malam tahun baru kemarin bisa jadi malam penuh merenung di sudut rumah sakit dan menjadi saksi bagaimana rasa kehilangan itu begitu perih. Tidak dengan perayaan apapun kecuali suara kembang api (yang terdengar) keras di luar rumah, tapi sepi di hati ini, lalu mencoba terlelap dan tak peduli. Yang sebelumnya hanya dinikmati dengan diskusi pendek tentang kehilangan.[]

Post a Comment

0 Comments