Penguatan Posyandu Bidang Kesehatan di Jawa Barat

Workshop Posyandu Jawa Barat

Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat dan para kader Posyandu itu adalah orang-orang hebat dan keren. "Para kader tentu harus ditingkatkan kompetensinya agar makin lebih baik lagi mengingat adanya tantangan dan keluhan selama pelaksanaan posyandu di Jawa Barat," ujar dr. Raden Vini Adiani Dewi, MMRS selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, saat membuka workshop 'Penguatan Posyandu Bidang Kesehatan di Jawa Barat'.

Workshop ini dilaksanakan secara daring pada hari Kamis, 10 Juli 2025, yang diadakan oleh Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi serta Tim Kerja Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Jabar. Tercatat sudah ada seribu peserta di kanal zoom yang hadir dimana mayoritas peserta adalah para kader Posyandu dari 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat dan seribu peserta lebih yang menonton secara langsung di kanal YouTube Dinkes Prov. Jawa Barat.

Pejabat yang hadir selain Kadis Kesehatan Jabar adalah dr. Siska Gerfianti, SpDLP., MH.Kes (Ketua TP PKK sekaligus Ketua Tim Pembina Posyandu Provinsi Jawa Barat) dan drg. Ema Rahmawati, MKM (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat) dengan narasumber dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kemenkes RI) dan Agustina Indri Hapsari, S.St., M.Gizi (Dosen Gizi Poltekkes Bandung Kemenkes RI).

dr. Elvieda akan memaparkan materi 'Penguatan Pengelolaan Posyandu', sedangkan Agustina memaparkan materi 'Strategi Pengelolaan Makanan Tambahan Penyuluhan di Posyandu Seluruh Sasaran Siklus Hidup'. Workshop ini dimoderatori oleh Dr. Sri Sudartini, MPS (Ketua DPD Persagi Jabar). Penjelasan tentang siklus hidup yang disebut dalam artikel ini adalah ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita, usia sekolah dan remaja, serta usia produktif dan lanjut usia.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjut sambutan drg. Ema yang menyatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas kader Posyandu di Jawa Barat. dr. Siska memberikan sambutan dengan menekankan bahwa kader posyando diharapkan menjadi kader mandiri yang memiliki keterampilan dan kecakapan yang baik.

Posyandu PPID Jember

Ilustrasi kegiatan Posyandu (Sumber: PPID Jember) 

Woro Sandra Ariyani, SKM, MKM sebagai perwakilan dari Direktorat Promkeskom Kemenkes RI, menggantikan dr. Elvieda yang tidak bisa hadir, menjelaskan dalam materinya bahwa Kemenkes berkomitmen melaksanakan 6 (enam) pilar transformasi, khususnya transformasi pelayanan kesehatan primer. Secara runut, Posyandu itu berada di bawah Puskesmas dan Unit Pelayanan Kesehatan di Desa/Kelurahan. Harapan di Era Transformasi ini adalah Posyandu itu harus buka setiap bulan, targetnya adalah seluruh siklus hidup, dan wajib melakukan kunjungan rumah.

Kader Posyandu itu minimal harus ada 5 orang dan didampingi oleh tenaga kesehatan. Langkah-langkah kerja di Posyandu adalah 1) pendaftaran (kader), 2) penimbangan dan pengukuran (kader), 3) pencatatan (kader dan nakes), 4) pelayanan kesehatan (kader dan nakes), dan 5) penyuluhan kesehatan (kader). Posyandu diharapkan bisa bertambah jumlahnya dan bertambah pula jumlah kadernya, kemudian dilakukan pembinaan posyandu terintegrasi seperti pelatihan kader.

Kegiatan kunjungan rumah adalah mengidentifikasi standar pelayanan minimal yang belum lengkap, identifikasi ketidakpatuhan dalam pengobatan (pemberian makanan tambahan atau PMT bagi bumil dan obat TBC), dan identifikasi tanda bahaya (pendarahan, demam tinggi, janin tidak bergerak, kejang, dll). Peningkatan kapasitas kader ini menjadi penting karena mereka adalah garda terdepan bagi kesehatan masyarakat dan karena itu mereka jelas akan mendapatkan penghargaan sesuai aturan dan bisa mendapatkan fasilitas lainnya.

Sedangkan Agustina memberikan materi tentang makanan apa saja yang sehat dikonsumsi oleh siklus hidup. Misalnya pemberian makanan fungsional yang tidak hanya memberikan nutrisi dasar tetapi juga memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan seperti mencegah penyakit atau meningkatkan fungsi tubuh tertentu. Contoh dari makanan fungsional ini adalah ubi cilembu, ubi ungu, nanas subang, peuyeum atau yoghurt, daun kelor, buah naga, strawbery, bunga telang, dll.

Keluhan di Posyandu

Pemberian makanan tambahan juga penting dengan syarat harus siap santap dalam bentuk makanan lengkap. Agustina juga menjelaskan bahwa ada beberapa bahan tambahan seperti gula, garam, dan minyak yang harus dibatasi. Gula baiknya dalam satu hari itu maksimal empat sendok makan, garam baiknya maksimal satu sendok teh, dan minyak baiknya maksimal lima sendok makan. Gula, garam, dan minyak itu biasanya sudah terdapat dalam minuman, kue, gorengan, makanan fast food, dst.

1 sendok makan minyak = 1 gorengan

Protein juga penting diperhatikan dan protein hewani jelas lebih penting karena mengandung asam amino lengkap (AA esensial) yang berfungsi mensitesis beberapa hormon termasuk hormon tiroid sebagai penentu laju metabolis dalam tubuh untuk mempercepat tumbuh kembang, bioavaibilitas tinggi sehingga mudah diserap tubuh, dan mengandung vitamin. Sumber protein yang dianjurkan adalah ikan, telur, dan daging ayam/sapi.

Ada pertanyaan tentang remaja putri yang tidak mau mengonsumsi tablet tambah darah dan PMT yang cocok untuk lansia yang memiliki riwayat gula darah. Narasumber memberikan jawaban bahwa tablet tambah darah hanya bisa dan wajib diberikan di sekolah satu kali dalam seminggu. Posyandu bisa menambahkan dengan PMT bola/nugget hati ayam dikolaborasi dengan daun kelor untuk mencegah anemia. Sedangkan PMT untuk lansia gula darah tinggi, selain pemberian buah bisa ditambahkan dengan makanan lokal seperti ubi cilembu atau peuyeum.[]

Post a Comment

0 Comments