Guru Itu Harus Ngeblog!


Sosok itu terkejut. Suara lembut sang belahan jiwa terdengar keras. Bagaimana tidak? Sudah seharusnya dia bangun pukul 4 untuk siap-siap, malah jadi bangun pada pukul 5. Telat satu jam! Siap-siap dengan ala kadarnya sementara gadget dipegang sang belahan jiwa, akhirnya sosok itu langsung berangkat berboncengan di atas motor.

Tak lama keduanya sampai di perempatan pintu tol Buah Batu. Alhamdulillah pada pukul 7, sosok itu dan kawan-kawan Blogger Bandung plus Relawan TIK Bandung sudah sampai di Rest Area 57. Dua mobil berisi 14 orang yang siap mendatangi Jakarta. Tepatnya adalah di Gedung Indosat, lantai 4, guna menghadiri acara Kopdar Guru Blogger Nasional.

Sebelum pukul 8, sosok itu langsung memasuki toilet untuk mandi. Ya, mandi! Karena terburu-buru jadi dia tidak sempat bebersih, hanya sempat gosok gigi. Alhamdulillah tidak berapa lama langsung wangi dan siap berkumpul-bersosialisasi dengan para pendidik. Berdiskusi dengan mereka tentu harus memantaskan diri.

Mereka tidak hanya hadir di depan sebagai pembicara, tetapi banyak juga yang menyengajakan hadir karena inilah kopi darat para pendidik yang peduli sehingga mau berbagi di dalam blognya. Sosok itu memang jauh-jauh hari sudah menjadwalkan diri agar bisa hadir. Kopdar Guru Blogger Nasional ini memang keren.

Dari pembukaannya saja sudah langsung disambut oleh sepasang MC yang rame. Salah satunya adalah Teh Meti, seorang pegiat sekolah dari SMK Bahagia yang juga aktif di Relawan TIK Bandung. Setelah berdoa dengan membaca Al-Fatihah, seluruh peserta kopdar diajak untuk menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’.

Begitu khidmat dan merasuk ke dalam jiwa. Luar biasa! Hingga akhirnya ditampilkan beberapa guru hebat yang berada di belakang layar acara kopdar berskala nasional ini. Kurang lebih ada 100 orang yang hadir di ruang aula yang amat luas. Sosok itu merasa senang dan bahagia bisa hadir di tempat ini.

“Indonesia sudah 11 kali ganti kurikulum tapi sudahkah ada perubahan? Apakah dengan berganti-ganti kurikulum bisa menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia?” Kira-kira itulah yang jadi awal pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Dedi Dwitagama, seorang pendidik yang mendapatkan gelar Kepsek Berprestasi.

Ia pun melanjutkan, “Guru zaman dahulu begitu dihargai dan disegani. Pakaiannya bagus dan muncullah betapa guru itu luar biasa dan bahkan sampai ada lagunya. Sangat berbeda dengan guru zaman sekarang yang seolah sudah tidak dihargai. Padahal sudah ada 3 juta guru di Indonesia, tetapi berapa guru yang berprestasi?”

Sangat miris sebenarnya saat mendengar fakta yang seperti itu. Fakta yang muncul dari pengalaman seorang kepala sekolah yang berkali-kali diundang sebagai motivator bagaimana menjadi guru yang baik. Pak Dedi bertanya apakah guru-guru sekarang terlalu serius? Tidak juga. Apakah mereka tidak punya waktu? Tidak juga.

Ternyata masalahnya adalah banyak juga yang mengaku guru itu tidak produktif. Itulah kata kuncinya. Kehidupan guru saat ini, mayoritas hanya sebatas mengajar saja di kelas dan di rumah saja. That’s it! Pergi, mengajar, pulang, selesai. Kehidupannya terlalu monoton. Tidak ada nilai kreativitasnya di sana. Teknologi dibuat nganggur.

Pak Dedi kemudian memberi satu jalan yang bisa dilakukan olah guru kalau ingin hidup lebih baik lagi, yaitu ngeblog. Ya, ngeblog. Ngeblog adalah hobi yang menghasilkan. Tidak hanya menuliskan pengalaman pribadi, berbagi, atau hanya sekadar menuliskan uneg-uneg yang mungkin dianggap sepele. Padahal tidak hanya itu.

Pak Dedi menegaskan agar seorang guru itu harus mengasah rasa ingin tahu (knowing), rasa sensitivitasnya (feeling), dan kemudian menerapkanya (acting) di kehidupan nyata. Inilah beberapa kebiasaan yang baik. Jadilah pembelajar atau Lifelong Learning karena seorang guru sebenarnya bertugas tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar.

Dengan terus berbagi melalui blog, seorang guru akan menjadi manusia terbaik, yaitu manusia yang bermanfaat untuk alam semesta. Pak Dedi menyatakan dengan nada humornya, “Kabarkan kebaikan walau hanya satu foto.” Ya, kata kuncinya adalah menyebarkan kebaikan, bukan sebaliknya.

Lain Pak Dedi, lain pula apa yang disampaikan oleh Bu Amiroh Adnan, seorang pendidik asal Jombang. Beliau adalah guru TIK di SMKN 3 Jombang, Jawa Timur, dan dikenal di kalangan pengajar sebagai pakar IT di lingkungannya. Benar saja, saat sosok itu mencari tahu dari blognya, mayoritas kontennya adalah tentang dunia IT yang njelimet.

Bu Amiroh pertama kali mengenal dunia internet pada masa HTML, jauh sebelum booming blog gratisan (CMS). Ngeblog adalah buah dari proses belajarnya yang terus dituliskannya. Ia mengaku bukanlah orang yang pintar dan memiliki daya ingat yang kuat, sehingga harus masih perlu banyak belajar dan menuliskannya di blog.

Tujuannya adalah untuk merekam semua proses yang sudah dilakukan, sekaligus sebagai media (perpustakaan) pribadi. Dan buah yang didapatnya sekarang ini adalah sesuatu yang tidak pernah disangka-sangka, karena ternyata tulisannya lebih banyak menginspirasi. Keren, kan?

Begitu pula dengan M. Subakri dari SDN Jambekumbu 1, Jombang, yang memiliki 172 siswa. Meski hanya sekolah dasar yang ada di pelosok kampung/desa, namun beliau berjuang keras untuk memajukan cara berpikir siswa-siswanya. Visi hidupnya sederhana, sesuai dengan karakternya yang awalnya menolak hadir.

Yaitu ‘Mengajar Sehari, Menginspirasi Seumur Hidup’. Dengan visi itulah ia menuliskan kisah-kisah kesehariannya mengajar di blog dan ternyata begitu menginspirasi. Pengunjung blognya bahkan sampai hari ini sudah mencapai 4 juta, padahal baru mulai pada Maret 2011.

‘Ayo Mendidik’ telah banyak menginspirasi banyak orang, baik para siswa, orang tua, maupun para guru lainnya. Termasuk keberhasilannya meraih penghargaan sebagai Guru Era Baru (Guraru). Dan ia bangga bisa shalat di Masjid Istiqlal, hanya dari ngeblog. Nah, jelas betapa banyak sekali manfaat yang didapat dari ngeblog.

Awalnya hanya ingin berbagi atau menuliskan uneg-uneg keseharian, tetapi pada akhirnya malah mendapatkan banyak rezeki. Tidak hanya rezeki materi tetapi juga rezeki silaturahim berupa teman-teman yang banyak. Ketiganya adalah bukti bahwa guru pun bisa melakukannya.

Ngeblog itu tidak sulit dan mudah dilakukan saat di sela pekerjaannya. Ngeblog bisa dilakukan di rumah, di sekolah, atau bahkan di tengah perjalanan. Kamera bisa jadi alat menulis. Ngeblog itu mudah dan gratis, yang terpenting adalah konsistensinya. Jadi … ayo para guru mulailah memanfaatkan teknologi yang sudah maju ini dengan ngeblog.[]

Post a Comment

0 Comments