Tips Menulis Review Produk


Menulis memang membebaskan
Menulis memang menggairahkan
Namun yang terpenting dari semua itu
Siapa di balik sang pena!

Jakarta siang itu masih terik. Belum mengeluarkan Spidi, tubuhnya sudah mengeluarkan keringat. Berangkat hampir pukul 14:00 dari Kelapa Gading menuju FX Lifestyle X’nter dengan bersepeda tentulah bukan perkara mudah. Sinar matahari merupakan salah satu kendalanya. Untung saja saat menghadiri acara ASUS di Pullman, dia naik ojek.

Belum kemacetan, yang memang terjadi di sepanjang perjalanan, apalagi saat memasuki Benhil. Fiuh! Sosok itu pantang ke belakang. Minuman dingin yang dibekalnya cepat memanas. Satu-dua teguk dilakukannya saat ada kesempatan berhenti. Untunglah hawa segar AC di FX Lifestyle X’nter lumayan terasa.

Meski hanya segelintir orang yang hadir dan agak mundur dari jadwal, acara pelatihan Menulis Review Produk berjalan dengan baik. Acara ini digelar oleh Women Script & Co (WSC), sebuah komunitas penulis wanita yang memiliki tujuan melahirkan penulis profesional.

Mereka ingin menulis itu dapat dijadikan profesi yang bisa memberikan kehidupan layak, selain menyalurkan hobi. WSC sudah melahirkan beberapa karya, salah satunya adalah Love Asset, sebuah novel kolaborasi dari 16 penulis wanita. Sebagai pembicara yang diundang oleh WSC adalah Yanyan AR.

Ia mengaku sebagai writer, designer, internal media consultant, web developer, video editor, event organizer, trainer, MC, dan seorang bookworm. Sekarang ia menjadi bagian dari redaktur majalah internal Sushi-Tei Indonesia. Katanya, sebuah produk, kini tak hanya muncul sebagai iklan saja.

Masyarakat tidak lagi mudah tergoda dengan adanya iklan. Mereka membutuhkan hal lain yang dapat dipercaya. Salah satunya adalah testimonial dari sesama pengguna/konsumen. Oleh karena itulah muncul kreativitas produsen untuk semakin memperkenalkan produknya melalui jasa citizen journalism.

Perkembangan teknologi adalah salah satu faktor yang mengubah semua mindset itu. Lahirlah blogger. Lahirlah istilah buzzer. Beberapa produk dilempar ke mereka untuk dibuatkan review-nya. Sebuah iklan dengan cara pandang baru. Masyarakat merasa sejajar saat membaca review mereka, tulisan apa adanya tentang sebuah produk.

Dengan kelebihan dan kekurangannya. Ralat, meski ada kekurangan tetapi mereka dapat menghaluskan gaya bahasanya sehingga kekurangan itu seperti tidak ada. Begitulah. Nah, itulah yang ingin dibahas oleh Kang Yanyan. Bagaimana cara menulis review produk yang baik?

Semua itu tentu harus dikembalikan kepada masyarakat. Untuk apa mereka membaca review produk? Tentu untuk mengetahui apakah sebuah produk itu baik menurut standar mereka. Kalau sudah dianggap baik menurut standar mereka, pada akhirnya mereka akan membeli.

Mereka akan mengunjungi sebuah restoran, lalu menikmati atmosfernya dan tentu saja mencicipi makanannya. Mereka akan membaca dan kemudian membeli. Sebuah review produk yang baik, tujuan akhirnya harus seperti itu. Kata kuncinya adalah … bagaimana masyarakat tertarik untuk membacanya. Ini yang utama.

Soal membeli, tentu menjadi bonus yang luar biasa bagi produsen. Produsen akan semakin memakai dan mencintai blogger yang bersangkutan. Ehm. Ada beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan saat ingin menulis review produk. Kang Yanyan menyebutnya dengan 7 Persuasive Product Review.

Inilah yang disebut sosok itu sebagai Tips Menulis Review Produk. Apa saja itu? (1) Brand Experience, (2) Product Knowledge, (3) Great Picture, (4) Solutions Not Sale, (5) Pros & Cons, (6) Comparison, dan (7) Critics. Maksudnya adalah … review produk yang baik itu haruslah berdasarkan pengalaman yang sebenarnya.

Pengalaman menggunakan produk yang bersangkutan, lengkap dengan detail produknya, didukung oleh foto/gambar yang memanjakan mata, memberikan solusi yang bijak tanpa mengajak harus membeli, menambahkan data tentang kelebihan dan kekurangan, perbandingan yang adil dengan produk sejenis, dan akhirnya memberikan kritik atau masukan yang positif.

Produsen mana pun tidak akan suka kalau produknya disebut memiliki kekurangan, untuk itulah seorang blogger harus pandai mengantisipasinya. Kang Yayan pun berbisik, “NTI.” Numbers, Trigger, dan Interest. Tuliskan review produk berdasarkan numbers atau data yang apa adanya. Tidak dibuat-buat.

Lalu berikan bahasa positif, layaknya membaca sebuah novel kesukaannya. Ceritakan alasan, fakta, cara, mengapa, dan rahasianya. Inilah mengapa rahasia abadi keberhasilan sebuah tulisan tidak boleh dihilangkan, yaitu Golden Rules. Apa itu? Show Not Tell. Tunjukkanlah. Buktikanlah. Bukan menceritakannya.

Ernest Hemingway kemudian menambahkannya dengan konsep Write - Drunk - Editor - Sober. Maksudnya adalah tulis sebanyak-banyaknya ide yang ada di kepala layaknya seorang yang mabuk, lalu setelah itu editlah hingga menjelma sebuah tulisan juara.

“Jika Anda menghapus beberapa kata dalam sebuah kalimat dan artinya tidak berubah sama sekali … maka hapuslah,” ujar Kang Yanyan. Di akhir sesi, ia menegaskan tentang menulis efektif. Sebagai seorang pecinta buku, ia sering menangkap banyaknya kata yang dihambur-hamburkan oleh seorang blogger. Ini mubazir.

Misalnya saja, ‘Sejak dari kecil ia telah membantu kedua orangtuanya … blablabla.’ Bukankah ‘sejak’ dan ‘dari’ itu memiliki arti yang sama? Pilih salah satu. Begitu pula halnya dengan ‘agar supaya’. Ia menjabarkan ada 24 pemilihan kata yang sebenarnya bisa disederhanakan.

Begitu pula untuk mengurangi–bahkan menghilangkan–kalimat-kalimat negatif. Ubah semuanya menjadi kalimat positif. Ia menegaskan untuk menghindari kata sifat dan kata keterangan. Lebih baik menuliskan ‘Seto menggelengkan kepala dan enggan beranjak dari tempatnya’ daripada hanya menuliskan ‘Seto malas’.

Sebagai penutup, Kang Yayan kembali berbisik, “Side Story.” Carilah cerita menarik di balik sebuah produk. Cerita pendamping seperti cerita wisata halal. Cerita yang dianggap sepele karena bukan inti utamanya, tetapi ternyata sangat berhubungan. Meski tidak wajib, hal itu akan menjadi nilai positif sebuah review produk.[]

Post a Comment

0 Comments