Kesehatan Mental dan Berserah Diri

Kesehatan Mental | Sakit Covid | Bang Aswi

Bismillaahirrahmaanirrahiim ... akhir-akhir ini awan gelap terus memayungi lingkungan sosok itu. Baik itu awan gelap secara harfiah maupun secara metafora. Cuaca mendung dan hujan menjelang sore hari seakan-akan bisa membaca betapa kondisi lingkungan sosok itu sedang tidak baik-baik saja. Jumlah kasus yang terpapar positif covid terus bertambah, begitu pula berita sedih dari kawan terdekat terus berdatangan. Masya Allah ... sosok itu baru menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang amat rentan. Begitu lemah.

Covid hanyalah sebuah nama, sama halnya dengan penyakit bernama asma yang diderita sosok itu sejak lahir di dunia ini. Hanya saja asma sudah diketahui sejak lama, jauh sebelum dia dilahirkan. Gejala-gejalanya sudah diketahui dan cara menanggulanginya pun sudah ada caranya. Tinggal mengikuti prosesnya, menjaga pola makannya, menjaga gaya hidup yang lebih menyehatkan, insya Allah asma bisa ditangani meski nyatanya tidak benar-benar bisa dihilangkan. Paling tidak asma itu makin menjauh.

Meski demikian, jika serangan asma tidak bisa dibendung dengan gaya dan pola hidup sehat atau obat-obatan yang dimiliki, kepanikan tetap saja terjadi. Jalan terbaik adalah pergi ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan pertama dengan oksigen, infus, dan suntikan. Mental pun menjadi 'drop', baik bagi dirinya maupun bagi keluarga terdekatnya. Betapa manusia adalah makhluk yang amat rentan. Begitu lemah. Hingga kemudian sosok itu memahami bahwa berserah diri adalah jalan terbaik selanjutnya.

Ikhlas pada takdir yang menghampirinya. Sadar diri bahwa bisa jadi penyakit yang menghampiri adalah jalan keluar atas kesalahannya di masa lalu. Sadar diri bahwa sakitnya adalah sarana untuk menghapus dosa-dosanya di masa lalu. Dia hanya teringat pada ucapan dr. Zaidul Akbar, "Konsep dasar kesehatan dan pengobatan dalam Islam bermula dari konsep akidah seorang mukmin bahwa penyakit apa pun, gangguan apa pun, hanya Allah Swt. yang dapat menyembuhkan."

Ya, secanggih atau sesederhana apapun alat pengobatan yang dipakai, pada akhirnya semua itu harus dikembalikan pada Sang Pemilik Manusia. Kita, semua manusia, hanyalah hamba yang diamanahi untuk beribadah kepada-Nya. Salah satu konsep ibadah adalah berusaha atau berikhtiar. Kalau ingin tetap sehat, jaga pola dan gaya hidup. Kalau ingin punya uang, ya bekerja. Kalau sakit, ya berobat. "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (QS Asy-Syu'ara', 26: 80).

Tugas manusia memang hanyalah berproses, terus berusaha, terus berikhtiar. Pada saat sakit, mayoritas menusia baru menyadari bahwa kesehatan adalah salah satu dari nikmat terbesar yang sering terlupakan untuk disyukuri. Nikmat besar lainnya adalah waktu senggang, ini pun juga sering terlupakan. Manusia sering enggan berinvestasi untuk kesehatannya, terlalu malas untuk sekadar berolahraga. Namun ketika sudah sakit, berapapun biayanya akan diupayakan untuk membayarnya, yang penting kembali sehat.

 

Pentingnya Kesehatan Mental

Namun, dari semua cuhatan di atas, ada hal yang mengerucut bahwa kesehatan raga atau fisik bukanlah segalanya. Memang betul bahwa tujuan akhirnya adalah fisik yang kembali sehat, sehingga yang paling diharapkan adalah bisa beraktivitas seperti semula. Ada kesehatan mental yang harus dijaga. Sakit apapun, apalagi sampai divonis berat dan harus dirawat di rumah sakit, maka mental pun akan 'drop'. Mental yang sakit ini tidak hanya menyerang si pasien, tetapi juga keluarga terdekatnya.

Itulah mengapa kalau dalam Islam, konsep penyembuhan itu amat menyeluruh. Tidak hanya sekadar berikhtiar berobat dan minum ramuan tertentu, tetapi juga pengingat bahwa sakitnya adalah ujian. Ujian yang diberikan untuk melihat sejauh mana manusia berada dalam keimanan dan kesabarannya. Ujian bahwa iman bukan hanya sekadar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tetapi juga harus menghujam di dalam hati. Untuk itulah Allah Swt. akan menguji setiap hamba-hamba-Nya seperti yang ada dalam QS Al-'Ankabut, 29: 2-3.

Sakit adalah sarana teguran agar hamba-Nya bisa menjadi semakin baik. Kalau dalam ilmu pengobatan modern, mungkin pernah mengenal dengan istilah 'give' atau 'giving'. Sakit adalah anugerah yang--mau tidak mau, suka tidak suka--harus diterima dengan ikhlas. Sakit adalah sebuah teguran agar manusia mau melihat ke dalam hatinya. Apakah kita pernah terluka? Apakah kita pernah sakit hati? Apakah kita masih menyimpan dendam pada seseorang?

Maka langkah berikutnya adalah memaafkan. Ikhlaskan. Manusia adalah makhluk yang rapuh. Kalau semua luka, sakit, atau dendam terus disimpan maka hati yang kapasitasnya terbatas akan terbebani. Manusia bisa jadi tidak menyadarinya tapi hati ini tidak bisa diabaikan. Ikhlaskan agar semua luka, sakit, dan dendam itu menguap. Maafkan saja. Memaafkan tidak harus menunggu orang lain meminta maaf. Itu urusannya. Memaafkan adalah konsep dasar manusia untuk mendekati Allah Swt.

Ya, bukankah Allah itu Maha Memaafkan, bahkan kepada hamba-Nya yang sering melanggar atau bahkan menjauh dari-Nya? Sekali lagi, mental berkaitan erat dengan hati. Kesehatan manusia itu harus meliputi 3 (tiga) aspek utama raga yang sehat, makanan yang sehat, dan hati yang sehat. Ketiganya saling mempengaruhi dan harus seimbang. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa hati bisa sakit sebagaimana sakitnya badan, dan obatnya adalah dengan tobat, menyesalinya, lalu perbanyak berzikir.

Begitu pula bagi keluarga yang diberikan cobaan dengan anggota keluarga yang sakit atau meninggal dunia. Selamilah hatinya dengan sebaik-baiknya. Ikhlaskan. Sucikan hati dengan menyerahkan semua takdir ini kepada Allah Swt. Perbanyak zikir dan perbaiki ibadah yang selama ini dijalankan. Imbangi ibadah wajib dengan ibadah sunnah. Iringi shalat wajib dengan shalat rawatib. Tambahi dengan shalat Tahajud dan Dhuha. Lengkapi zakat fitrah dan zakat penghasilan dengan infaq dan sedekah.

Semoga kita semua diberikan kesehatan yang paripurna dan pikiran kita selalu berada dalam aura yang positif. Jagalah tubuh kita, jagalah makanan/minuman kita, dan jagalah hati kita. Bersyukurlah atas semua nikmat waktu dan sehat kita. Rasulullah saw. bersabda, "Bentengilah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang sakit dengan sedekah, dan sambutlah gelombang bencana dengan doa dan tadharru' (penuh pengharapan)." (HR Imam Abu Dawud, Imam Ath-Thabrani, dan Imam Al-Baihaqi)[]

Post a Comment

18 Comments

  1. Reminder juga buatku, untuk selalu mengikhlaskan apapun yang terjadi :). Dalam kondisi pandemi gini, banyak manusia yg akhirnya sadar, nikmat sehat itu, adalah nikmat yg paling mahal harganya. Bukan harta, bukan jabatan.

    Kadang aku lupa, kalo rezeki yang diberi Tuhan, ga hanya dalam bentuk materi. Tapi tubuh sehat, itu termasuk rezeki Nya yang paling dicari. Aku jadi aware skr dengan yg namanya menjaga kesehatan tubuh, olahraga dll. Sebelum pandemi, boro2 rutin bang . Sebulan belum tentu ada olahraga. Tapi sejak pandemi ini, jadi belajar banget untuk mengontrol pikiran supaya selalu positif, LBH rajin lagi jaga kebersihan, dan olahraga pastinya. Doa2 ditambah, bukan hanya minta materi, tapi kesehatan untuk seluruh keluarga :).

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita saling mengingatkan saja, teh, salah satunya dengan tulisan ini yang memang bukan hanya ditujukan bagi siapa pun yang membacanya tetapi juga bagi saya sendiri

      Delete
  2. Semua aspek kesehatan, termasuk mental memang sejatinya dibawa dalam pemahaman Islam ya sebagai penganut agama Islam. Setuju ... Yang mula2 dilakukan adalah menerima ... ikhlas. Lalu berikhtiar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bismillah, insya Allah akan diberikan jalan keluar yang terbaik untuk kita

      Delete
  3. Bagaimana pun segala penyakit ini datangnya dari Allah yaa.. tugas kita adalah berusaha utk terus sehat, meyakini Allah akan menolong dan yakin semua kesembuhan pasti dari Allah. Terimakasih remindernya ya sosokitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama, teh, saling mengingatkan saja

      Delete
  4. Amin Ya Allah, semoga kita selalu sehat ya bang. Berusaha sudah, sekarang makin banyak memdekatkan diri sama Allah SWT supaya virusnya cepat hilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, setelah berusaha barulah memasrahkan diri ^_^

      Delete
  5. semoga selalu disehatkan jiwa raga kita semua ya, karena harus ada keseimbangan antara semuanya. Kalau salah satu yang kurang, pastinya akan mempengaruhi hidup Kita. Harus selalu ingat dan meminta pertolongan Tuhan

    ReplyDelete
  6. bener banget kaaang... semuanya akan bermuara pada jiwa dan hati kita. Ada banyak tantangan dalam hidup ini dan kesehatan salah satunya yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. tantangan dan nikmat yang melenakan ... nikmat sehat dan nikmat waktu ruang

      Delete
  7. setuju banget, berharap pandemic ini segera berlalu, dan semoga kita semua selalu diberi kesehatan serta keselamatan ya bang

    ReplyDelete
  8. Iya Bang kalau kita engga punya kesehatan jiwa mah sudah panik nih menghadapi masa ini... Apalagi kalau ada keluarga inti yang sakit jadi parno duluan. Harus makin deket dan berserah kepada yang Maha Kuasa ini mah...

    ReplyDelete
  9. Sejak pandemi aku jadi aware juga sama kesehatan mental. Gilak sih, mental kita diuji banget emang pas pandemi ini. Kalo nggak aware benar-benar bisa stres dan hilang kewarasan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul banget, tuh, semoga kita semua diberi kesehatan ya, baik raga maupun mental

      Delete