Ramadhan Masa Kecil: Belajar Mengaji

Ramadhan Masa Kecil | One DOA | Belajar Mengaji

Pada cerita sebelumnya tentang dunia nge-geng, sosok itu bercerita tentang Mas Heru, kakak sulungnya yang aktif di karang taruna komplek. Boleh dibilang beliau adalah panutan dirinya selain kedua orangtua. Prestasinya banyak sekali, ya ketua karang taruna, guru ngaji, aktif di KNPI, dan seterusnya. Gengnya, selalu membuat acara menarik di komplek, termasuk acara puncak tujuhbelasan.

Nah, sebagai guru ngaji, beliau pernah mengajari Aswi kecil di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah. Sayangnya, mungkin karena yang mengajari adalah kakaknya sendiri, dia akhirnya malah malas-malasan. Entah sudah berapa kali dia membolos. Dari rumah memang berangkat mengaji, yang ada malah belok ke pantai, main pasir, lalu ngumpet di tong kosong yang ada di kampung nelayan.

Kalau sudah agak lama, barulah dia pulang lewat jalan belakang. Terus pura-pura main gundu dulu, baru lanjut ke rumah. Orang tua tidak tahu tapi Mas Heru jelas tahu. Belajar pun malas-malasan, sehingga dia agak terbata-bata jika harus belajar imla. Belajar mengaji juga begitu sehingga kalau diminta untuk tadarusan atau murattalan, ya nggak lancar. Ini jelas salah.

Hingga akhirnya Mas Heru tidak menaikkan dirinya ke kelas tiga. Sosok itu tinggal kelas dan harus memulai lagi kelas duanya dari awal. Rapornya hanya berisikan angka-angka dan tulisan berwarna merah. Setelah kejadian itu, Aswi kecil jelas malu. Harga diri keluarga tercoreng #tsah. Maka dia pun belajar ngaji dengan bersungguh-sungguh. Alhamdulillah dari MI berlanjut ke Madrasah Tsanawiyah.

Bahkan pas bulan Ramadhan, dia pernah mengikuti tadarusan setiap malam di Masjid Nurul Falah. Meski awalnya terbata-bata, karena terbiasa akhirnya dia bisa membaca Al-Quran dengan lancar. Pada tanggal 17 Ramadhan ada acara Nuzulul Quran di madrasahnya. Selepas tarawih, semua murid dan guru yang terlibat berkumpul di aula madrasah. Syukuran karena ada murid yang berhasil khatam.

Seingatnya, dulu tidak ada metode Iqra' seperti yang sekarang ini populer. Setahunya, dulu ada metode Qiroati yang diperkenalkan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi. Metode Iqra' adalah penyempurnaan dari metode Qiroati. Tapi yang paling populer adalah metode Qowaid Al-Baghdadiyah, yaitu dengan cara dieja. Misalnya, “alif fatah a, alif kasrah i, alif dhamah u, dibaca a-i-u.”

Meski demikian, apapun metodenya, alhamdulillah Aswi kecil jadi bisa lancar membaca Al-Quran. Setelah syukuran Nuzulul Quran itulah dirinya selalu mencanangkan target agar bisa khatam Quran minimal satu kali setiap bulan Ramadhan. Rasanya begitu istimewa saat dirinya bisa mengkhatamkan Al-Quran selama sebulan. Seolah-olah bakal ada syukuran besar-besaran di akhir Ramadhan.[]

#OneDOA #HariKe8 #BloggerBDGxRamadhan #KOMBESmenulis

Post a Comment

0 Comments