Aswi kecil pernah dipermalukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain. Peristiwa ini terjadi pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di TK Putra Pantai. Mengenai lokasinya pernah dijelaskan di sini, yaitu diapit oleh Wisma dan Masjid Nurul Falah. Kalau malam, keberadaan Wisma dan TK begitu angker bagi anak-anak. Tidak ada yang berani lewat sana selepas maghrib.
Dari pintu gerbang TK, sebelah kiri ada tempat bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, kumpulan ban untuk berjalan, dan bangunan besi berbentuk kubus atau lingkaran untuk melatih motorik anak. Sedangkan di sebelah kanannya adalah kelas-kelas belajar, ruang guru, dan halaman TK. Bagian belakang adalah pagar kokoh yang membatasi bangunan TK dengan lautan.
Nah, panggungnya sendiri terletak di dekat gerbang. Di tepi jalan, ada banyak para pedagang kecil yang mencoba mencari untung dengan berjualan balon, mainan, buku, atau makanan ringan. Salah satu pedagang itu adalah ibunda Aswi kecil. Ada momen dimana salah satu guru mengumumkan pemenang dari lomba-lomba yang telah diselenggarakan. Ketika nama "Agus!" disebutkan, sosok itu langsung berlari ke atas panggung.
Tidak ada yang salah, karena memang nama aslinya adalah Agus. Suasana hening dan kemudian riuh. Dia tidak terlalu peduli, hingga akhirnya ibunda meneriakinya untuk turun. "Kamu tuh gak sekolah di sini. Yang dipanggil itu Agus yang lain," ujarnya malu. Sosok itu mana tahu malu, lah masih kecil. Nah, selain berdagang kalau ada event tertentu, ibundanya juga membuka warung sederhana di teras rumah.
Saat ibundanya di belakang, Aswi kecil pernah nakal mengambil uang lima ratus rupiah dari kaleng penyimpanan. Dia lalu berlari keluar, menuju Jl. Kondensor dan membeli permen karet YOSAN, semuanya. Waktu itu, Rp25 sudah mendapat dua permen karet. Berarti dia mendapatkan 40 permen karet. Banyak sekali. Tanpa merasa bersalah, dia membagikan beberapa ke anak-anak yang ditemuinya.
Saat mengetahuinya, ibunda marah besar. Ditariknya tubuh kecil itu sambil membawa sisa permen karet, menuju warung dimana dia membeli permen karet. Sang penjaga warung lebih dimarahi lagi karena membiarkan anak kecil membeli permen karet segitu banyak. "Duh, maafkan, Bun." Meski sudah beli banyak, tetap saja tidak ketemu tuh huruf N yang sampai sekarang menjadi misteri.
Di bulan Ramadhan, kalau mau tarawih kadang-kadang Aswi kecil sering dibekali uang oleh ibundanya agar dimasukkan ke dalam kencleng masjid. Begitu pula saat Shalat Ied, sedangkan kalau shalat Subuh tidak pernah. Kebiasaan itu ternyata begitu membekas hingga sekarang. Kalau ada rezeki lebih, memasukkan uang ke dalam kotak amal di masjid adalah aktivitas berbagi yang menyenangkan.[]
#OneDOA #HariKe5 #BloggerBDGxRamadhan #KOMBESmenulis
2 Comments
Kalau saya dulu masa kecil suka dikasih uang buat dimasukkan ke infaq pas tarawih, tapi kadang saya belikan petasan dan dinyalakan sebelum shalat tarawih dimulai... duh anak kecil memang begitu hahaha ��
ReplyDeletemomen yang paling diingat saat kecil itu pasti kalau lagi nackal hahaha
Delete