Sehat, Manfaat, dan Bahagia


Sabtu, 6 Juli 2019. Pada hari itu, “Today is the Day!” Kawan-kawan ITB 94 berkumpul kembali setelah 25 tahun yang lalu masuk dengan bangga ke Kampus ITB sebagai mahasiswa baru. Berjalan dengan gagah dan perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Berbagai rintangan berhasil dilewati dengan perjuangan yang tidak kaleng-kaleng.

Tidak mudah, termasuk mendapatkan jaket himpunan. Lulus UMPTN yang diumumkan di koran-koran nasional. Kami yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia kemudian berkumpul di Kota Bandung, mengantri di GSG untuk daftar ulang. Setelah resmi menjadi mahasiswa ITB pun harus mengikuti OSKM dan Penataran P4.

Setelah berkuliah di TPB selama setahun, diuji lagi dengan OS Jurusan yang jauh lebih berat dan berdarah-darah. Tidak mudah masuk ke ITB pada zaman itu. Namun ketidakmudahan itulah yang membuat kami di kemudian hari merasa menjadi satu keluarga raksasa. Keluarga 94nesha ITB. Keluarga juara layaknya pesantren juara.

Hingga puncaknya kebersamaan adalah saat event ITB Ultra Marathon pada 12-14 Oktober 2018 yang berhasil melibatkan 88 pelari 94nesha dan memunculkan Tim 94rancang yang mendapatkan podium 1 untuk kategori Relay 8. Jalan menuju Reuni Perak 94 semakin terlihat dan menunjukkan keseriusannya.

Cerita-cerita setelah IUM tersebar di media massa dan grup WA. Makin mempererat dan menggelora. 25 tahun bukan waktu yang sebentar. Jutaan peristiwa telah terjadi, seperti jutaan pasir yang terus terbawa arus gelombang di pantai. Pasir itu pergi, tetapi akan kembali lagi. Langit biru adalah saksi.

Betapa putihnya awan-awan yang berarak kemarin pagi. Kampus ITB menjadi saksi betapa tulus persahabatan selama 25 tahun ini bagi alumni 94nesha ITB. Bagaimana dan apapun status kawan-kawan alumni hari itu, ketahuilah bahwa kita semua adalah kawan selamanya.

Perjalanan panjang di atas membuktikan bahwa berkumpul kembali setelah bertahun-tahun tidaklah mudah. Masing-masing telah memiliki jalan hidup yang tidak bisa diganggu gugat. Masing-masing telah memiliki generasi penerus yang harus dijaga dan diarahkan jalannya.

Reuni adalah ajang pembuktian bahwa alumni yang datang adalah manusia-manusia yang sehat. Mereka yang kemudian turut mendoakan kawannya yang telah tiada dan kawannya yang sedang diberi ujian berupa kesibukan dan kesakitan. Mereka hadir untuk dapat memberikan manfaat bahwa silaturahmi itu penting bagi manusia sebagai makhluk sosial.

Mereka hadir untuk kemudian pulang membawa kebahagiaan. Bisa berkumpul karena faktor olahraga, beberapa kawan kemudian berinisiatif untuk memulai hari Sabtu itu dengan berlari bersama. 18 lelaki dan 8 perempuan alumni berkumpul di Gerbang ITB. Simbol bahwa ITB adalah kampus dimana lelakinya lebih banyak dari perempuannya.

Di sana ada 25 orang yang harus dipimpin oleh 1 orang pemimpin, sebagai simbol perjalanan panjang 25 tahun yang berhasil berkumpul demi 1 acara reuni perak. Mereka kemudian berlari santai mengelilingi kampus dan menyesapi track Sabuga. Berlari sebagai perlambang perjalanan hidup yang sudah dilewati.

Membuka memori perjuangan yang tidak mudah, langkah demi langkah, lalu berbaris bersama mengelilingi lapangan Sabuga. 94 adalah angkatan keempat yang menerima pelajaran olahraga di Kampus ITB dengan seragam khas yang cantik, putih dan biru. Lari adalah langkah menuju sehat.

 
Mengelilingi kampus demi menebar manfaat bahwa kebersamaan itu membahagiakan. Kebersamaan yang tulus seperti warna putih, warna awan yang selalu bergerak dan memberi makna kata indah akan warna birunya langit. Seperti sudah menjadi garis takdir bahwa itulah warna angkatan 94 di ITB yang kemudian menjadi ciri khas hingga kini.

Waktu terus bergerak. Foto-foto bersama menjadi saksi dimulainya acara reuni perak itu. Sementara, beberapa alumni terus berdatangan. Bergerak dari arah gerbang, lalu memandangi deretan nama dan mencari adakah nama mereka di kolom jurusan masing-masing. Bernostalgia dengan Lapangan Basket dan Lapangan Tenis.

Tiap-tiap jurusan mengadakan acara tersendiri. Donasi tersebar kepada para dosen, staf TU, atau langsung ke jurusan. Setelah itu berkumpul di Lapangan Basket membentuk gelombang cinta dan puncaknya adalah pembuatan angka 94 secara masif dari semua alumni yang hadir.

Gambar dan video dari kamera drone menjadi saksi kemegahan acara di Lapangan Basket. Zaman ini adalah zaman teknologi dan foto adalah bukti otentik yang bisa disebarluaskan. Reuni dengan foto keren adalah segala-galanya. Formasi 94 yang tercipta dari hampir seribu orang memenuhi lapangan di antara hijaunya dedaunan.

Wajar jika kemudian ada dua rekor yang tercipta dari Reuni Perak 25 Tahun ITB 94 ini. Pertama adalah rekor dengan jumlah terdaftar terbanyak, yaitu dengan 918 alumni dari 27 jurusan. Kedua adalah adanya dua panggung dalam satu hari (siang dan malam). Membaca hati, membaca kebersamaan.[]

Post a Comment

0 Comments