Wisata Membaca di Guha Pawon


Membaca merupakan kebutuhan penting bagi manusia, apalagi bagi seorang penulis. Paling tidak, sosok itu telah menulis kalimat tersebut di blog wordpress-nya. Bahkan menjadi tulisan pertama di blognya. Terusannya, dengan membaca, siapapun dapat menambah perbendaharaan kata dan menemukan teknik-teknik menulis yang baik.

Beberapa penulis bahkan terbukti tidak dapat menulis ketika ia tidak lagi membaca. Membaca, bukan hanya sebatas pada teks-teks, tetapi lebih dari itu adalah sebuah aktivitas untuk merangsang kepekaan seseorang terhadap lingkungan sekitar. Budaya membaca terus digalakkan pada semua kalangan, termasuk pada siswa sekolah.

Melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015, kebiasaan membaca di sekolah perlu dibudayakan dengan cara membaca buku nonpelajaran minimal 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa dan mereka mudah mendapatkan informasi tambahan.

Semoga saja, akan tumbuh karakter positif warga sekolah dan ke depannya Indonesia bakal menjadi bangsa yang bermartabat. Miris sekali melihat data dari Badan Pusat Statistik bahwa pada 2012 di Jawa Barat, proporsi penduduk berumur 10 tahun ke atas, tercatat bahwa ada 15,41% yang membaca surat kabar/majalah selama seminggu terakhir.

Dari jumlah itu ada 12,80% perempuan dan 17,94% laki-laki. Sayang sekali sosok itu tidak menemukan data terbaru karena setelah 7 (tahun) diperkirakan minat membaca surat kabar/majalah akan makin berkurang karena berkembangnya teknologi internet. Lalu bagaimana dengan membaca buku?

Nah, salah satu terobosan dari Bupati Bandung Barat adalah dengan mengeluarkan program Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB). Salah satu tujuannya, yaitu meningkatkan motivasi dan kemampuan literasi para peserta (Siswa/Guru/KS) melalui kegiatan membaca, me-review, mendiskusikan, dan menulis.


Harapannya sih, siapa tahu akan lahir generasi-generasi literat yang berbudi dan berakhlak mulia. Untuk mendukung program tersebut, pada hari Sabtu (9/2/2019) kemarin, siswa dan guru SMPN 3 Cipatat melakukan Outing Class dengan mengunjungi Guha Pawon.

“Ini merupakan pembelajaran di luar sekolah yang pertama kali, karena sebelumnya tidak pernah. Sebagai kepala sekolah SMPN 3 Cipatat, saya sangat mendukung kegiatan ini. Jika direlevansikan dengan kurikulum 2013, kegiatan Outing Class ini jelas sangat relevan karena menuntut siswa dan gurunya untuk terus kreatif dan inovatif,” ujar Ati Rosmiati, S.Pd, MPd.

“Di samping itu, Guha Pawon merupakan sarana pembelajaran yang sangat luar biasa. Mengapa demikian? Karena bisa direlevansikan dengan semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Tinggal bagaimana kreativitas guru untuk mengemasnya sehingga menjadi pembelajaran yang menyenangkan,” lanjutnya.

Para siswa dan guru tidak hanya berwisata dan belajar sejarah di Guha Pawon, tetapi juga bisa menjadi contoh bahwa membaca buku di tempat wisata itu juga keren kok, sekaligus bikin sehat. “Kegiatan ini membuat siswa-siswi dan guru-guru mendapatkan pencerahan dalam hal pembelajaran,” kata Euis Kartikawati, S. Pd, selaku koordinator kegiatan Outing Class.

“Sekali kali, kami bisa belajar di alam terbuka. Apalagi Guha Pawon merupakan destinasi wisata sejarah yang harus selalu dikunjungi dan dilestarikan oleh kita semua. Guha Pawon merupakan kebanggaan warga Cipatat khususnya dan Kab. Bandung Barat pada umumnya,” lanjut guru kelas 9 itu.

“Saya merasa senang dengan kehadiran atau kunjungan keluarga besar SMPN 3 Cipatat ke Guha Pawon dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah melalui metode literasi di alam terbuka. Ini salah satu ajang promosi Guha Pawon di dunia pendidikan,” ujar Yetty Laelawaty A, S.Pd, ketua Pokdarwis Guha Pawon.[]

Post a Comment

0 Comments